Kamis 17 Jun 2021 13:11 WIB

Panel Ahli Jepang Setuju Rencana Pembatasan Darurat Covid-19

Status darurat delapan prefektur termasuk Tokyo dalam rencana diturunkan

Red: Nur Aini
Pejalan kaki berjalan di sepanjang persimpangan Shibuya berebut di Tokyo, Jepang, 28 Mei 2021.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pejalan kaki berjalan di sepanjang persimpangan Shibuya berebut di Tokyo, Jepang, 28 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan pada Kamis (17/6) bahwa panel ahli yang ditunjuk pemerintah telah menyetujui rencana untuk menurunkan keadaan darurat di delapan prefektur termasuk Tokyo, yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade hanya dalam waktu satu bulan.

Berbicara di akhir pertemuan, Nishimura, yang mengawasi respons virus corona Jepang, mengatakan paruh kedua diskusi berpusat pada kebijaksanaan mencabut keadaan darurat di Tokyo. Dengan laju penurunan infeksi baru yang melambat dalam beberapa hari terakhir, beberapa ahli memperingatkan kemungkinan meningkat kembali kasus Covid-19 dan menekankan perlunya merespons tanpa ragu-ragu melalui pembatasan lebih lanjut atau bahkan pemulihan keadaan darurat.

Baca Juga

Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan dirinya menyesal harus menerima semua kritik karena menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas di tengah pandemi, saat pemerintahannya dilaporkan mendukung penonton untuk menyaksikan pertandingan di stadion. Tokyo 2020, yang sudah ditunda satu tahun, telah menghadapi tentangan keras dari publik, pakar medis, dan beberapa mantan atlet di tengah gelombang keempat infeksi virus corona.

Komentar Suga tampaknya menggambarkan ketegangan yang muncul ke permukaan ketika pemerintah memperkuat jaminannya kepada dunia bahwa Olimpiade akan aman ketika dimulai pada 23 Juli 2021. Dia berbicara sebagai tanggapan atas komentar pada sesi parlemen dari seorang anggota parlemen oposisi, yang mengatakan perdana menteri telah diserang karena mengadakan Olimpiade selama pandemi Covid-19 ketika gubernur kota tuan rumah, Yuriko Koike, harus mempertimbangkan.

"Saya sangat senang Anda mengatakan apa yang ingin saya katakan. Meskipun saya (mencoba membuat) pernyataan seperti itu, diskusi parlemen menyimpulkan bahwa semua tanggung jawab harus diambil oleh perdana menteri," kata Suga, Rabu (16/6).

"Saya tidak berusaha lari dari (tanggung jawab), tetapi saya merasa sangat disayangkan bahwa ini adalah arah perdebatan di parlemen," ujar dia, menambahkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ ۩ۗ
Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.

(QS. Al-Hajj ayat 18)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement