REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini umat Islam bisa dengan mudah membaca Alquran karena telah tersedia mushaf Alquran yang dicetak. Ternyata mushaf Alquran yang sekarang dibaca oleh umat Islam adalah hasil ijtihad para sahabat Nabi Muhammad SAW di masa lampau.
Ustadz Ahmad Sarwat dalam buku berjudul Sudah Ada Quran-Sunnah Mengapa Harus Ijtihad? terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan para sahabat Nabi Muhammad SAW melakukan ijtihad. Dalam bukunya ia menerangkan manusia masih butuh ijtihad meski sudah ada Alquran dan sunnah sebagai pedoman.
Ustadz Sarwat mengatakan selama masa kenabian 23 tahun lamanya, belum pernah sekali pun Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menuliskan Alquran dalam satu mushaf. Namun, sepeninggal beliau, di masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahuanhu, umat Islam sepakat menuliskan Alquran dalam satu bundel mushaf.
"Awalnya dari ide Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu yang disampaikan kepada khalifah, kemudian menjadi ijtihad jama'i hingga hari ini," kata Ustadz Sarwat dalam bukunya.
Ijtihad ini dilakukan tanpa didasari oleh perintah wahyu secara langsung. Ustadz Sarwat menyampaikan, penyusunan Alquran atau dalam istilah Arabnya jam’ul-quran, maksudnya adalah mengumpulkan teks tulisan ayat-ayat Alquran menjadi satu mushaf yang urutan ayat dan urutan suratnya disesuaikan dengan aslinya yang ada di Lauhil Mahfudz.
Proses pengumpulannya tidak terjadi di masa kenabian, melainkan terjadi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Yaitu di masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Utsman bin Affan radhiyallahunahuma.
"Kalau ditanya kenapa di masa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW harus dilakukan pengumpulan Alquran, jawabnya karena penulisan Alquran di masa kenabian itu meski sudah dilakukan, namun belum disusun sebagaimana urutan surat dan ayat yang kita kenal di dalam mushaf sekarang," jelas Ustadz Sarwat dalam buku Sejarah Alquran.
Para sahabat penulis wahyu, baik yang resmi diangkat oleh Nabi Muhammad SAW ataupun yang menuliskannya sesuai inisiatif masing-masing, mereka mencatat semua wahyu yang turun berdasarkan urutan. Proses diturunkannya Alquran ke muka bumi itu bersifat munajjaman, artinya berangsur-angsur dan tidak turun sekaligus. Jadi yang paling penting untuk diketahui adalah urutan turunnya ayat Alquran tidak berurutan sebagaimana urutan yang dikenal di mushaf Alquran sekarang ini.