Kamis 17 Jun 2021 15:09 WIB

Digitalisasi dan Inovasi, Kunci UMKM Lokal Bertahan

Pelaku UMKM untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Red: Andi Nur Aminah
Karyawan platform penjualan digital (e-commerce) JD.ID memberikan pelatihan digital kepada pelaku UMKM difabel saat acara Pemberdayaan Disabilitas di Era Pandemik Dengan Memanfaatkan Platform Digital  (ilustrasi)
Foto: AJI STYAWAN/ANTARA
Karyawan platform penjualan digital (e-commerce) JD.ID memberikan pelatihan digital kepada pelaku UMKM difabel saat acara Pemberdayaan Disabilitas di Era Pandemik Dengan Memanfaatkan Platform Digital (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Kelompok Usaha Units (Akunitas) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Maria Srikandi Mayangsari mengatakan bahwa digitalisasi dan inovasi merupakan dua hal terpenting bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lokal untuk bertahan dan berkembang di masa pandemi Covid-19. Hal ini, menurut Srikandi, sejalan dengan program pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, yang ingin menghubungkan setidaknya 50 persen dari total 64,2 juta UMKM secara digital (digitally on-board).

"Pemerintah menggalakkan betul-betul bagaimana UMKM bisa beralih ke pasar online. Bagi saya pribadi, langkah untuk digitalisasi market harus diambil, cepat ambil langkah di marketplace," kata Srikandi, Kamis (17/6).

Baca Juga

Wanita yang tergabung dalam binaan UMKM PT Telkom Indonesia itu tak mengelak bahwa memang tidak mudah bagi pegiat UMKM lokal untuk segera terhubung ke ekosistem ekonomi digital. Selain faktor konektivitas hingga literasi digital, tantangan terbesar adalah bahan baku dan pengemasan yang memakan waktu lama, terutama di tempat tinggalnya di Labuan Bajo, NTT.

"Salah satunya adalah kesulitan bahan baku dan packaging karena didatangkan dari luar. Misalnya kain, sampai terigu, itu memakan waktu berhari-hari untuk sampai ke Labuan Bajo. Mungkin itu yang membuat kita kalah bersaing dengan daerah lain seperti di Jawa dan Bali," ujarnya.