REPUBLIKA.CO.ID, NABLUS -- Pemuda Palestina yang kepalanya ditembak tentara Israel meninggal dunia. Penembakan terjadi di sebelah utara Tepi Barat. Pada Kamis (17/6) Anadolu Agency melaporkan remaja yang berusia 16 tahun itu dirawat Rafidia Surgical Hospital di sebuah kota di Nablus. Akan tetapi nyawanya tak tertolong dan meninggal dunia pada Kamis pagi.
Ahmad Beni Shamsa terluka dalam unjuk rasa bersama warga Kota Beita di Nablus. Mereka memprotes pembangunan pemukiman warga Yahudi Israel di lahan mereka di Jabal Sabih.
Tentara Israel mencoba membubarkan pengunjuk rasa dengan melepaskan tembakan peluru tajam ke arah massa. Hukum internasional menetapkan Tepi Barat dan Yeruselem Timur sebagai wilayah pendudukan. Karena itu pembangunan permukiman warga Israel di wilayah itu ilegal.
Pekan lalu seorang remaja Palestina gugur juga ditembak tentara Israel saat berunjuk rasa anti-permukiman ilegal di Tepi Barat. Bulan lalu tentara Israel juga membunuh remaja berusia 16 tahun dalam sebuah bentrokan di kota Tubas, Tepi Barat.
Organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Palestina mengatakan Mohammad Said Hamayel yang berusia 15 tahun meninggal di dekat Beita, sebuah desa sebelah selatan Nablus. Pada Sabtu (12/6) Al-Monitor melaporkan Kementerian Kesehatan Palestina juga mengidentifikasi Hamayel sebagai korban meninggal saat pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan.
Enam orang lainnya terluka dalam peristiwa tersebut. Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan Hamayel warga desa ketiga yang gugur ditembak pasukan Israel dalam satu bulan terakhir.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan pasukan mereka merespons ratusan pengunjuk rasa yang melempar batu dan melakukan pembakaran dengan membubarkannya dan melepas tembakan. Sejak Jumat (11/6) warga Desa Beita berunjuk rasa menentang permukiman ilegal yang dinamakan Evyatar.
Surat kabar the Times of Israel melaporkan permukiman ilegal itu dibangun dengan cepat. Sekitar 40 bangunan berhasil dibangun dalam dua bulan terakhir.