REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Hingga Rabu (16/6) malam, secara akumulatif 93 santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Bina Madani, Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan terpapar Covid-19. Dari 93 santri, tercatat 24 orang sudah sembuh.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno menyebutkan, awalnya santri Ponpes Bina Madani yang terkonfirmasi positif Covid-19 ada 66 orang. Kemudian, pada Selasa (15/6) santri yang positif Covid-19 bertambah menjadi 7 orang, dan pada Rabu (16/6) bertambah jadi 93 orang.
“Awal 66 orang, ditambah Selasa (15/6) bertambah sembilan jadi 75 orang. Dilacak lagi tracing, dan bergejala rata-rata demam. Akhirnya kita PCR swab test 30 orang, yang positip Covid-19 bertambah sebanyak 18 orang,” kata Retno kepada Republika.co.id, Kamis (17/6).
Lebih lanjut, dia memaparkan, dari 93 kasus positif, 69 santri dikonfirmasi masih sakit. Dimana enam orang di antaranya menjalani isolasi mandiri di rumah dan 63 orang dirawat. Dari 63 orang yang dirawat, 45 orang dirawat di pusat isolasi BPKP Ciawi, dua orang di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dan 16 orang masih di Ponpes.
“Dua orang santri putri di rujuk ke RSPP dengan dijemput ambulans dari RSPP atas keinginan orang tuanya. Sedangkan 16 orang santri sementara isolasi di pondok, karena ruangan di BPKP masih full,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto menegaskan, simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) untuk sementara dihentikan sampai dengan waktu yang ditentukan kemudian. Hal ini mengantisipasi beberapa klaster yang timbul dari lembaga pendidikan.
Bima Arya juga kembali mewanti-wanti agar seluruh lembaga pendidikan yang akan menyelenggarakan tatap muka atau siswa-siswinya berasal dari luar kota agar tidak menggelar PTM.
“Dan apabila ada persoalan di lembaga pendidikan silakan koordinasi dengan Satgas. Nanti pasti akan ada jalan keluarnya. Kami minta simulasi tatap muka dan sebagainya dihentikan dulu,” kata dia.
Selain itu, Pemkot Bogor akan melakukan pembatasan mobilitas warga dan memperketat pengawasan protokol kesehatan di lapangan, menindak tegas semua pelanggaran, termasuk pelanggaran pada jam operasional, kerumunan dan lain lain.
“Situasinya saat ini serius, rem sekarang harus ditarik, kalau tidak maka kita bisa masuk ke fase jauh lebih berbahaya dibanding sebelumnya,” katanya.