REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sombong adalah sifat dan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Namun, kerap kali sifat dan perbuatan sombong ini muncul pada diri manusia yang lupa diri.
Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Al-Hikam memperingatkan orang yang taat ibadah atau ahli ibadah agar tidak memiliki sifat sombong. Menurut pandangannya, orang yang berbuat dosa kemudian menyesali perbuatannya, merasa rendah diri dan merasa sangat membutuhkan rahmat Allah lebih baik, daripada orang yang taat ibadah tapi sombong.
"Maksiat (dosa) yang menimbulkan rasa penyesalan atau rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah lebih baik daripada perbuatan taat yang disertai rasa sombong, ujub dan besar diri." (Syekh Atha'illah, Kitab Al-Hikam)
Terjemah Kitab Al-Hikam karya Ustadz Bahreisy menambah penjelasan maksud Syekh Atha'illah tersebut agar semakin mudah dipahami. Abu Madyan Shu'ayb Al-Ghawth mengatakan perasaan rendah diri seseorang yang telah berbuat maksiat atau dosa itu lebih baik dari kesombongan seseorang yang taat ibadah.
Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan, tapi muncul rasa ujub dan sombong. Sifat sombongnya itu dapat menggugurkan segala amal-amal baik yang sebelumnya dikerjakan.
Ada kalanya seseorang berbuat dosa, tapi perbuatannya itu membuat sedih hatinya. Sehingga timbul rasa takut kepada Allah dan sikap ini menyebabkan keselamatan bagi dirinya.
Asysyaby meriwayatkan dari Al-Khalil bin Ayyud, ada seorang ahli ibadah Bani Israil ketika berjalan ia dinaungi oleh awan. Tiba-tiba ada seorang pelacur Bani Israil melihatnya. Dalam hati pelacur itu berkata, "Ini adalah seorang ahli ibadah, aku ingin mendekat kepada-Nya."
Ketika pelacur itu mendekat kepada orang ahli ibadah tersebut, tiba-tiba si ahli ibadah itu mengusirnya dan mengatakan, "Pergilah kamu dari sini."
Maka Allah menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, "Bahwa Aku (Allah) mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal ahli ibadah itu." Maka berpindah awan dari atas kepala si ahli ibadah itu ke atas kepala pelacur.
Al-Harits Al-Muhassiby mengatakan, Allah menghendaki supaya lahir ini sesuai dengan batinnya (hatinya). Maka apabila seorang ahli ibadah itu bersifat sombong, sedangkan pelacur itu tawadhu (rendah diri dan tidak sombong), maka ketika itu si pelacur lebih taat kepada Allah daripada si ahli ibadah itu.