REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Banyaknya masyarakat yang terkena influenza belakangan ternyata kerap dikaitkan kemunculan varian corona baru delta di Indonesia. Pertanyaan itu kerap muncul ketika ada pembahasan-pembahasan terkait varian delta.
Virolog UGM dr Mohamad Saifudin Hakim mengatakan, influenza merupakan virus berbeda dengan corona. Dari perspektif virologi dan cara kerja imunitas, dia berpendapat, kemungkinan kita terinfeksi dua virus bersamaan cukup rendah.
"Ketika kita sudah terinfeksi satu virus di sistem pernapasan, maka kemungkinan terinfeksi virus lain secara umum lebih rendah," kata Saifudin dalam Talkshow Online Republika bertema Varian Delta Merebak, Bagaimana Kita Bersikap yang digelar bersama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 BNPB, Jumat (18/6).
Dia menerangkan, ketika tubuh kita sudah terinfeksi virus a misalnya, tempat yang ada tentu sudah dikuasai virus a tersebut. Karenanya, ketika muncul respons imunitas terhadap virus a, respons itu juga bisa melawan infeksi berikutnya.
Artinya, secara umum ketika seseorang sudah terinfeksi suatu virus, kemungkinan dia terinfeksi virus lain pada waktu bersamaan lebih rendah. Walaupun, kata Saifudin, masuknya virus kedua lebih belakangan dari virus yang pertama.
Meski begitu, dia mengungkapkan, memang tetap ada sebagian penderita covid yang terinfeksi dua virus bersamaan. Saifudin mengaku, saat ini, bersama tim memang sedang melakukan penelitian lebih lanjut terkait infeksi berbarengan tersebut.
"Kita belum tahu apakah ini real peningkatan infeksi virus influenza atau hanya laporan individu yang belum terkonfirmasi. Tapi, prinsipnya, ketika tubuh sudah terinfeksi virus, secara umum kemungkinan terinfeksi virus lain lebih rendah," ujar Saifudin.