REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong meninjau bank sampah di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, guna mengetahui proses pengelolaan dan daur ulang sampah rumah tangga tersebut menjadi barang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
"Kami mau melihat bank sampah karena pendiri bank sampah pertama dari Kabupaten Bantul, Pak Bambang Suwerda, dan kita ingin bank sampah ini menjadi model untuk bank sampah lain di Indonesia," kata Wakil Menteri LHK disela kunjungan kerja di Bantul, Jumat (18/6).
Menurut Wamen, saat ini di Indonesia ada 11 ribuan bank sampah, namun yang aktif hanya tujuh ribuan, karena itu diharapkan dari pengelolaan bank sampah di Bantul dapat ditiru daerah lain, agar sampah yang terangkut ke tempat pembuangan sampah akhir berkurang. "Pak Bupati Bantul juga menyampaikan bahwa TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) yang ada di Piyungan Bantul menampung sampah dari tiga kabupaten/kota di DIY, termasuk Bantul sendiri," katanya.
Akan tetapi, lanjut dia, dari Kabupaten Bantul sendiri produksi sampahnya masih kecil sebetulnya. "Karena itu kami ingin mendorong proses pengolahan sampah melalui bank sampah ini terus ditingkatkan sehingga yang bocor di lingkungan bisa kita kurangi," katanya.
Apalagi, menurut Wamen LHK, bank sampah selain sebagai salah satu cara mengatasi permasalahan sampah utamanya sampah rumah tangga, juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah menjadi barang bermanfaat. Dalam kunjungan tersebut, Wamen KLHK didampingi Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (Dirjen PSLB3) KHLK, selain meninjau bank sampah, juga membuka kegiatan pelatihan edukasi pengelola bank sampah yang digelar Kementerian LHK bersama Pemkab Bantul.
"Kami ucapkan terima kasih dan apresiasi atas kepedulian, bantuan kontribusi dan peran kemitraan Kementerian HLK untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah di Bantul yang diwujudkan melalui kegiatan edukasi pengelola bank sampah," katanya.