REPUBLIKA.CO.ID, CORNWALL -- Meskipun komitmen dan janji negara-negara G7 untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil disambut baik, mereka dinilai gagal melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi perubahan iklim secara umum.
“Aksi iklim memang disambut baik tetapi komitmen iklim tetap sangat mengecewakan, jauh dari apa yang kita butuhkan,” ujar Manuel Pulgar-Vidal, kepala praktik iklim dan energi global World Wide Fund for Nature ke Anadolu Agency merujuk pada KTT G7 yang baru-baru ini diadakan di Cornwall, Inggris.
“Kami berharap pada bulan November, anggota G7 akan meningkatkan upaya mereka. Kami butuh politikus-politikus yang fokus menyelesaikan tantangan iklim,” lanjut Vidal, yang pernah menjabat sebagai menteri lingkungan Peru pada 2011-2016.
Dia mengingatkan komitmen negara-negara G7 terhadap batu bara, khususnya tindakan untuk mengakhiri eksplorasi dan penambangan semua bahan bakar fosil, dengan mempertimbangkan negara dan masyarakat yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim.
Vidal menekankan perlunya meninjau rencana khusus untuk menggunakan keuangan publik untuk mempercepat penyebaran energi terbarukan dan solusi berbasis alam.
Dia juga mendesak para pemimpin dunia untuk membentuk "Komisi Global untuk Ekonomi dan Alam” dan berharap agar G7 membatalkan semua subsidi bahan bakar fosil lebih awal dari target tahun 2025.
“Pada akhirnya, kita berbicara tentang negara-negara terkaya yang membentuk masa depan kita. Mereka harus menyelaraskan semua keuangan publik demi iklim dan alam yang lebih balik dan mengatur aliran keuangan swasta ke arah yang sama," pungkas dia.
'Harapan terguncang pendanaan iklim'