Sabtu 19 Jun 2021 16:22 WIB

Buya Syafii: Kabinet Presidensial Rasa Parlementer

Partai dinilai Buya Syafii miliki kepentingan masing-masing.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Tokoh islam dan Guru Bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Tokoh islam dan Guru Bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Buya Syafii Ma'arif menerima kunjungan Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. Walaupun Airlangga tidak mau mengungkapkan isi pertemuan, Buya mengatakan pertemuan membahas krisis kenegarawanan yang melanda Indonesia.

Ia berpendapat, masalah politik dan masalah bangsa yang masih menghantam Indonesia karena sistem kabinet presidensial yang malah terasa seperti parlementer. Hal ini disebabkan keberadaan partai-partai yang memiliki kepentingan masing-masing.

Baca Juga

"Walau namanya kabinet presidensial, tapi kan partai-partai, partai-partai itu haluan tidak sama, mereka punya kepentingan, strategi masing-masing. Ini karena presidensial, tapi terasa seperti parlementer, itu sulit sekali, sangat sulit," kata Buya, Sabtu (19/6).

Meski begitu, Buya mengingatkan kalau itu semua merupakan hasil dari proses politik yang kita lalui sehingga harus bisa diterima. Karenanya, ia menekankan, yang terpenting kesetiaan kepada bangsa ini jangan sampai lemah apalagi berkurang walau sedikit pun.

Kepada Airlangga, Buya juga mengaku sudah berpesan agar mampu menimbulkan kembali semangat patriotisme dan nasionalisme. Ia turut mengingatkan pesan Pasal 33 sebagai landasan perekonomian dan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Sejak kita merdeka itu masih menggantung di awan tinggi sampai hari ini, tujuan kemerdekaan kan itu," ujar Buya.

Ketika ditanya apakah kunjungan itu turut membahas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Buya mengaku tidak ada pembahasan tersebut. Buya menekankan, diskusi hanya seputar masalah politik dan masalah bangsa yang masih dihadapi Indonesia hari ini.

"Ndak lah ndak, ndak ada," kata Buya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement