REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN -- Syal batik sampan yang diproduksi perajin di daerah itu menjadi cenderamata baru di Kota Pariaman, Sumatra Barat. Harga batik sampan relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp100 ribu per helai.
"Syal itu dibuat sejak batik sampan dikembangkan kembali di Kota Pariaman pada 2019," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Pariaman, Gusniyetti Zaunit, di Pariaman, Ahad (20/6).
Dia mengatakan, banyak motif syal yang diproduksi di Pariaman tetap membawa motif tabuik yang menjadi ikon daerah itu. Hal tersebut berpotensi menjadikannya cenderamata dengan harga terjangkau.
Gusniyetti mengatakan, saat ini untuk mendapatkan syal tersebut harus mendatangi rumah produksidi Desa Sungai Kasai, Kecamatan Pariaman Selatan. Namun dia berharap perajin menjual produknya di gedung promosi di samping gedung Dekranasda Kota Pariaman.
Lokasi gedung tersebut dekat dengan muara Sungai Batang Piaman atau masih berada di kawasan objek wisata Pantai Gandoriah sehingga wisatawan dapat dengan mudah membelinya. "Perajin juga menjual produknya melalui online," kata dia.
Saat ini syal tersebut menjadi cenderamata untuk tamu Pemerintahan Kota Pariaman yang diberikan ketika berkunjung ke daerah itu sebagai media untuk mempromosikannya kepada masyarakat luas. Gusniyetti menyebutkan, menteri yang pernah ke Pariaman dan mendapatkan syal tersebut yakni Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dia mengatakan, selain memproduksi syal dan kain batik, perajin di Pariaman juga membuat sajadah dan masker dari batik dengan motif khas daerah itu yang dijual melalui daring. Pembeli produk perajin tersebut tidak saja dari Pemerintah Kota Pariaman, namun juga kejaksaan dan BUMD yang ada di daerah itu dan juga pihak swasta dan perantau. Sebelumnya Pemerintah Kota Pariaman, Sumatra Barat menyiapkan dua kelompok perajin batik sampan untuk mengangkat kembali warisan budaya nusantara itu di daerah tersebut.
"Kelompok tersebut yaitu di Dusun Sampan dan Desa Kasai yang masing-masingnya terdiri 10 anggota," kata dia.
Gusniyetti mengatakan masing-masing kelompok tersebut mengembangkan jenis pewarna yang berbeda yaitu kelompok Dusun Sampan menggunakan pewarna kimia. Sedangkan kelompok Desa Kasai menggunakan bahan pewarna alam di antaranya gambir, pinang, dan sabut kelapa.