REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Pengunjuk rasa antipemerintah turun ke jalan di kota-kota Brasil. Aksi ini digelar saat kasus kematian akibat Covid-19 di negara Amerika Latin itu mencapai 500 ribu orang.
Kritikus menilai tingginya kasus kematian di Brasil diakibatkan karena Presiden Jair Bolsonaro meremehkan pandemi. Pada Sabtu (19/6), ribuan orang berkumpul di pusat Ibu Kota Rio de Janeiro. Banyak di antara demonstran mengibarkan bendera bertuliskan 'Bolsonaro mundur. Pemerintah kelaparan dan pengangguran'.
"Brasil mengalami kemunduran besar, negara ini dulu negara percontohan vaksinasi di dunia, institusi kami dikenal tapi kami berada di situasi yang menyedihkan," kata mahasiswi yang turut turun ke jalan Isabella Gouljor seperti dikutip dari New York Post, Ahad (20/6).
Pengunjuk rasa lain mengibarkan spanduk bertuliskan "500 kematian, ini salah dia", merujuk ke Bolsonaro. Aksi serupa juga digelar di 22 dari 26 negara bagian di Brasil serta Distrik Federal, Brasilia.
Unjuk rasa ini dipromosikan partai-partai sayap kiri yang mendorong turunnya angka dukungan terhadap Bolsonaro. Hal itu membahayakan posisi presiden pada pemilihan tahun depan.
"Mundur Bolsonaro, pelaku genosida," teriak pengunjuk rasa di Rio.