REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borell mengatakan, terpilihnya Ebrahim Raisi sebagai presiden tidak akan menghentikan negosiasi untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015. Borell mengatakan, kesepakatan itu dapat membuat Timur Tengah lebih aman dan membawa penduduk Iran dalam situasi yang lebih baik.
"Kami telah menginvestasikan banyak modal politik, jadi saya berharap hasil pemilu tidak akan menjadi kendala terakhir yang akan merusak proses negosiasi. Sejauh yang saya tahu, ini tidak akan terjadi," ujar Borrell.
Raisi yang merupakan kepala peradilan ultra-konservatif, mengumpulkan 17,92 juta suara dalam pemilihan Jumat (18/6), dan mengalahkan tiga saingannya dengan kemenangan telak. Menurut Kementerian Dalam Negeri, jumlah pemilih adalah 48,8 persen atau terendah dalam sejarah Iran.
Iran dan enam kekuatan dunia yaitu Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris, dan Jerman menunda pembicaraan nuklir di Wina pada Ahad (21/6). Borrell, yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif di Turki pada Jumat mengatakan, dia tetap optimis negosiasi nuklir akan terus berlanjut. Zarif mengatakan, pembicaraan nuklir telah mendekati kesepakatan sebelum Raisi terpilih menjadi presiden.