REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Iran telah mengalami penutupan darurat sementara. Seorang pejabat dari perusahaan listrik negara Tavanir, Gholamali Rakhshanimehr, mengatakan bahwa penutupan pabrik Bushehr dimulai pada hari Sabtu (19/6) dan akan berlangsung selama tiga hingga empat hari.
Tanpa merinci, dia mengatakan bahwa pemadaman listrik dapat terjadi. Ini adalah pertama kalinya Iran melaporkan penutupan darurat pabrik di kota pelabuhan selatan Bushehr.
Pabrik beroperasi pada tahun 2011 dengan bantuan dari Rusia. Iran diharuskan mengirim batang bahan bakar bekas dari reaktor kembali ke Rusia sebagai tindakan nonproliferasi nuklir.
Tavanir merilis pernyataan yang mengatakan bahwa pembangkit nuklir sedang diperbaiki, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Dikatakan pekerjaan perbaikan akan memakan waktu hingga Jumat, dilansir di AP News, Senin (21/6).
Pada bulan Maret, pejabat nuklir Mahmoud Jafari mengatakan pabrik itu dapat berhenti bekerja karena Iran tidak dapat memperoleh suku cadang dan peralatan dari Rusia karena sanksi perbankan yang diberlakukan oleh AS pada 2018.
Pabrik Bushehr didorong oleh uranium yang diproduksi di Rusia, bukan Iran. Pabrik ini dipantau oleh Badan Energi Atom Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA).
Konstruksi di Bushehr, di pantai bagian utara Teluk Persia, dimulai di bawah shah Iran pada pertengahan 1970-an. Setelah Revolusi Islam 1979, pabrik itu berulang kali menjadi sasaran dalam perang Iran-Irak. Rusia kemudian menyelesaikan pembangunan fasilitas tersebut.
Pembangkit, yang terletak di dekat garis patahan aktif dan dibangun untuk menahan gempa kuat. Tidak ada gempa bumi signifikan yang dilaporkan di daerah tersebut dalam beberapa hari terakhir.