Senin 21 Jun 2021 15:38 WIB

UMM Bahas Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus

Orang tua harus terus mendorong anak untuk percaya diri dan dukungan pemerintah

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
LPT Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus (PIBK) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melihat adanya kesempatan kerja yang kurang bagi individu berkebutuhan khusus. Hal ini yang melatarbelakangi UMM mengadakan seminar nasional, beberapa waktu lalu.
Foto: istimewa
LPT Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus (PIBK) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melihat adanya kesempatan kerja yang kurang bagi individu berkebutuhan khusus. Hal ini yang melatarbelakangi UMM mengadakan seminar nasional, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--LPT Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus (PIBK) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melihat adanya kesempatan kerja yang kurang bagi individu berkebutuhan khusus. Hal ini yang melatarbelakangi UMM mengadakan seminar nasional, beberapa waktu lalu.

Agenda ini dilaksanakan dalam rangka menyikapi fenomena individu berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan perhatian agar lebih mandiri. Dengan demikian, mereka dapat memperoleh akses untuk bekerja dan hidup yang layak. 

Dekan Fakultas Psikologi UMM, Muhammad Salis Yuniardi mengawali acara dengan memberikan pengantar seputar kisah anak Romawi. Anak itu selalu berusaha membantu mereka yang mengalami kegagalan, terlantar dan yatim piatu. “Dari kisah tersebut, mari bersama-sama memberikan kontribusi dan bekerjasama untuk membantu individu berkebutuhan khusus agar mampu  mendapatkan pekerjaan yang layak,” kata Salis dalam pernyataan resmi Senin (21/6).

Pemateri pertama, Tulus Winarsunu menjelaskan lebih lanjut terkait persiapan masa transisi untuk menghadapi kehidupan setelah sekolah dan dunia kerja bagi siswa berkebutuhan khusus. Ia memaparkan sebuah riset tentang gejolak individu berkebutuhan khusus di masa pandemi. Hasilnya, ia menemukan, pandemi memunculkan kerugian bagi individu berkebutuhan khusus yang semakin mengalami gangguan double disadvantage.

Meskipun sedikit, masih ada keuntungan dari masa pandemi yang dirasakan oleh mereka, yakni mudahnya pemantauan. Namun sejauh ini masalah yang terjadi  jauh lebih besar daripada keuntungan. Selain itu, ada pula masalah lain yang mengintai yakni perubahan mood serta kesejahteraan pada individu berkebutuhan khusus.  "Gejala ini dinamakan dengan gangguan worse mental well-being," katanya.

Banyak rutinitas yang sekarang tidak biasa dilakukan atau disebut dengan lose of progress and skills. Selain itu, berkurangnya teman mengakibatkan munculnya increased social isolation serta terjadinya physical deterioration and ucertain futures. Sementara itu, Pemilik Burger Buto Mike Ragnar menerangkan terkait bagaimana pengalamannya menyediakan pekerjaan bagi individu berkebutuhan khusus di Malang. Beberapa di antaranya yakni tuna grahita berat dan ringan, tuli, dan individu berkebutuhan khusus lainnya. 

Menurut Mike, mereka sebenarnya bisa bekerja tapi dengan perhatian ekstra. Banyak peluang untuk mereka tetapi harus telaten. Sejak 2015, Kedai Buto sudah mulai membuka lowongan untuk disabilitas. Dimulai dengan memberikan pengertian sealam tiga sampai enam bulan, kemudian baru bisa ditempatkan di berbagai bagian.

Sebelum pandemi, Burger Buto sempat menerima pelatihan untuk anak disabilitas. Namun semenjak ada pembatasan semua terhenti dan beberapa pekerja diberhentikan. Saat ini yang terpenting adalah kualitas bukan kuantitasnya. 

"Cita-cita saya adalah mempekerjakan para individu berkebutuhan khusus di garda terdepan. Saya mempersiapkan mereka untuk belajar menulis dan segala hal yang dibutuhkan,” jelas Mike.Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko turut andil menyampaikan materi mengenai peluang berkarir bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, juga membahas kompetensi yang perlu dikembangkan. Sebagai Walikota, ka mengaku sering memberikan kesempatan bekerja bagi disabilitas dalam sektor pemerintahan.

Menurut Dewanti, salah satu yang bisa membuka pintu peluang bagi mereka itu orang tua. Orang tua harus terus mendorong anak untuk percaya diri. Yang dibutuhkan penyandang disabilitas bukan hanya belas kasih atau fasilitas yang mengkhususkan, melainkan dukungan pemerintah dengan memberi kesempatan yang sama di berbagai aspek.

Dewanti menilai, sebenarnya orang-orang di sekitar memiliki empati yang sangat besar terhadap disabilitas. Demi meningkatkannya, perlu adanya dorongan menjalin kerja sama antar pengusaha, pemerintah, dan instansi untuk memberikan lapangan usaha. Selain itu juga menyediakan fasilitas tempat yang layak bagi individu berkebutuhan khusus sehingga mereka bisa berdikari.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement