Senin 21 Jun 2021 21:22 WIB

Pakar: Penghentian Mobilitas Jadi Cara Kendalikan Covid-19

'Mobilitas masyarakat perlu dihentikan selama tiga pekan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Pasien COVID-19 menaiki bus Sekolah yang akan membawa mereka menuju Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet di Puskesmas Kecamatan Menteng, Jakarta, Ahad (20/6). Laju kasus harian Covid-19 di Indonesia beberapa hari terakhir dalam tren menanjak, Hal ini membuat angka 2 juta kasus infeksi Covid-19 di Indonesia berada di depan mata.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pasien COVID-19 menaiki bus Sekolah yang akan membawa mereka menuju Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet di Puskesmas Kecamatan Menteng, Jakarta, Ahad (20/6). Laju kasus harian Covid-19 di Indonesia beberapa hari terakhir dalam tren menanjak, Hal ini membuat angka 2 juta kasus infeksi Covid-19 di Indonesia berada di depan mata.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Epidemiolog Universitas Gagjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad mengatakan, menghentikan mobilitas menjadi satu-satunya cara untuk mengendalikan lonjakan Covid-19 di DIY. Pengendalian itu bisa berupa lockdown, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) maupun pembatasan lainnya.

"Peningkatan penularan ini kaitannya dengan mobilitas yang tinggi dan satu cara untuk menurunkan dan mengendalikan penularan ketika penularan sudah cukup tinggi yakni menghentikan mobilitas," kata Riris di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (21/6).

Baca Juga

Riris menegaskan, penghentian mobilitas menjadi hal esensial untuk mengurangi penularan yang sudah melonjak di DIY. Lonjakan kasus di Yogya di atas 400-600 kasus per harinya dalam sepekan lebih terakhir.

Ia mencontohkan, pengurangan mobilitas masyarakat di awal pandemi Covid-19 cukup signifikan dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. Namun, ketika mobilitas saat ini mulai meningkat, lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi.