REPUBLIKA.CO.ID,ANTALYA—Mantan Menteri Portugal Bruno Macaes mengatakan bahwa Islam adalah bagian dari sejarah dan budaya Eropa, dan bukan sesuatu yang berasal dari luar. Menteri yang menjabat pada 2013 hingga 2015 ini mengatakan bahwa Islam dan Eropa bukan hanya memiliki hubungan yang baik namun memiliki keterikatan sejarah dan budaya, merujuk pada populasi Muslim yang besar di Balkan, Spanyol dan negara-negara Eropa lain.
“Saya harap ini dapat dipahami bahwa kita bukan hanya memiliki hubungan baik dengan Islam, tapi Islam juga bagian dari sejarah dan budaya Eropa,” ujar Macaes yang dikutip di Anadolu Agency, Senin (21/6).
“Jadi Islam bukan agama asing, itu adalah bagian dari diri kita sendiri, dan dapat membantu memulihkan beberapa keragaman, semangat ke Eropa. Kami membutuhkan itu,” ujarnya menegaskan.
Islam dianggap sebagai agama dengan pertumbuhan tercepat di Eropa dan memiliki peradaban termasyhur di Spanyol dan tenggara Eropa. Sejak hadir pada abad ke-8, banyak daerah di Eropa yang melakukan pengusiran paksa hingga pembunuhan massal Muslim, namun arsitektur, makanan dan musik berbau Islam masih tetap ada hingga kini.
Segelintir kontroversi yang menargetkan Muslim juga banyak bermunculan, salah satunya adalah pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyudutkan Islam. Tahun lalu, Macron menuduh Muslim Prancis melakukan separatisme dan menyebut Islam sebagai ‘agama dalam krisis’, bahkan Mantan Menteri Ekonomi itu membela kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Macaes, saat ini menjabat sebagai penasihat senior di Flint Global menegaskan, para politisi tidak memiliki kewenangan untuk mencela sebuah agama. Dia juga menyayangkan terjadinya peningkatan Islamofobia di Eropa.
“Bukan urusan para politisi untuk memutuskan apakah agama berada dalam krisis atau tidak, itu adalah nasib setiap agama,” ujarnya, menambahkan bahwa Islamofobia adalah masalah besar dan sangat memprihatinkan, karena tidak hanya terbatas pada Prancis tapi juga meningkatnya rasisme dan kebencian di negara negara Eropa lain.
"Di Austria, ada gagasan untuk memiliki undang-undang yang menentang Islam politik dan tidak ada yang tahu betul apa arti Islam politik dalam praktiknya," katanya.
“Yang mengkhawatirkan saya adalah bahwa ini tidak terbatas pada insiden yang terisolasi, tetapi kadang-kadang datang dari politisi itu sendiri.”
Ketika Presiden AS Joe Biden baru-baru ini melakukan kunjungan ke Eropa, Macaes mengatakan bahwa hubungan AS-UE sekarang jauh lebih baik daripada selama masa jabatan mantan Presiden Donald Trump. Hal ini tidak mengejutkan, kata dia, mengingat keduanya memiliki pemahaman yang baik satu sama lain.
Menurut Macaes, jika dibandingkan dengan mantan presiden AS, termasuk Barack Obama yang memiliki keraguan tentang Eropa. Biden dapat merapatkan kembali hubungan AS-Eropa.
Mengenai masa depan hubungan Turki-AS setelah pertemuan langsung baru-baru ini antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Biden pada KTT NATO pada 14 Juni di Brussels, Macaes mengatakan bahwa itu lebih baik dari yang diharapkan.
“Saya pikir tanda pertama adalah proses perdamaian Afghanistan dan bagaimana Turki terlibat, AS tampaknya sangat senang dengan itu. Sekarang pertemuan ini juga berjalan dengan baik,” katanya.
“Mungkin, Biden memahami bahwa Turki penting. AS berada dalam konfrontasi mendalam dengan China dan Rusia, dan Turki penting untuk berada di pihaknya, atau setidaknya saya pikir ada gagasan di Washington bahwa Amerika seharusnya tidak mendorong Turki lebih dekat ke Rusia dan China."
“Turki sekarang sangat terbuka untuk dunia, dan bukan hanya untuk Eropa, tanda Turki baru,” katanya.