REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Riau telah mengumpulkan 500 laporan informasi hoaks yang beredar terkait vaksinasi Covid-19. Informasi hoaks yang beredar di masyarakat terkait vaksinasi tersebut terutama hoaks bertujuan negatif yang dampaknya mengakibatkan orang tua atau lansia dan orang komorbit tidak mau divaksin.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi mengatakan informasi hoaks soal vaksinasi ini perlu diluruskan karena dampak negatifnya cukup besar terhadap pelaksanaan vaksinasi Covid-19."Ini penting sekali untuk diluruskan. Setiap hari saya menerima informasi hoaks itu, terutama di WA Group, Facebook melalui pesan berantai," ucap dia.
Indra mengungkap model hoaks itu beragam. Ada yang mengatakan kalau divaksin tidak boleh dibius, akan tetapi tidak mungkin orang sakit gigi tidak dibius, tentu sakit. "Ini tidak benar," katanya.
Ada juga yang bilang, setelah divaksin dianjurkan minum air kelapa agar vaksinnya tidak bereaksi. Yovi menyatakan, sejauh ini pelaksanaan vaksin gotong royong di Provinsi Riau menggunakan jenis vaksin Sinovac.
"Vaksin Sinovac secara umum efektifitasnya 67 persen. Efektifitas vaksin akan terbentuk antibodi setelah 28 hari vaksin kedua. Jadi kalau ada hoaks, saya sudah vaksin pertama, kok kena Covid-19. Tentu itu wajar karena belum ada antibodi yang terbentuk secara maksimal," katanya.