Senin 21 Jun 2021 21:23 WIB

Penuhi Kebutuhan Industri Tekstil, Kemenperin Siapkan SDM

Tenaga kerja yang terampil diyakini dapat memacu produktivitas dan daya saing SDM

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Industri tekstil nasional (ilustrasi). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkompeten demi memenuhi kebutuhan sektor manufaktur. Termasuk bagi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
Foto: Rezza Estily/Antara
Industri tekstil nasional (ilustrasi). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkompeten demi memenuhi kebutuhan sektor manufaktur. Termasuk bagi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkompeten demi memenuhi kebutuhan sektor manufaktur. Termasuk bagi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). 

Penyediaan tenaga kerja yang terampil diyakini dapat memacu produktivitas dan daya saing sektor industri tekstil. Dengan begitu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Apalagi, industri TPT merupakan satu dari tujuh sektor yang mendapat prioritas pengembangan. Itu sesuai implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ketika melakukan kunjungan kerja di Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil (AK-Tekstil) Solo, seperti dikutip dari siaran pers pada Senin (21/6).

Ia menjelaskan, selama ini industri TPT berperan penting dalam memberikan kontribusi signfikan terhadap perekonomian nasional. Sektor tersebut, lanjutnya, juga dinilai strategis karena merupakan sektor padat karya dengan orientasi ekspor.

Kinerja ekspor dari industri TPT tercatat sebesar 10,55 miliar dolar AS pada 2020. Sementara, dari tahun ke tahun, serapan tenaga kerja sektor industri TPT terus meningkat. 

Pada 2019, terdapat 2,8 juta pekerja, naik dari 1,7 juta pekerja pada 2018. Sedangkan pada 2020, meski tertekan pandemi, serapan tenaga kerja di sektor TPT justru melonjak menjadi 3,9 juta orang.

“Tingginya permintaan tenaga kerja tingkat ahli untuk industri TPT, membuat Kemenperin berinisiasi menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Solo, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, serta Solo Technopark untuk mendirikan AK-Tekstil Solo,” kata Agus. Ia menambahkan, AK-Tekstil Solo berdiri pada akhir 2015, dan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Januari 2016. 

AK-Tekstil Solo menyelenggarakan program pendidikan setara Diploma II yang terdiri dari tiga program studi, yakni Teknik Pembuatan Benang, Teknik Pembuatan Kain dan Teknik Pembuatan Garmen. “AK-Tekstil dilengkapi fasilitas pendidikan berupa laboratorium, workshop dan teaching factory. Selain itu juga dilengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi,” jelas Agus. 

Bahkan, sambungnya, AK-Tekstil Solo telah menggunakan metode pendidikan vokasi yang juga diterapkan di negara-negara industri maju, dengan konsep dual system. “Artinya, kurikulum AK-Tekstil berorientasi kepada penguasaan kemampuan kerja dengan mengintegrasikan pendidikan di kampus dengan pendidikan di industri, sehingga terwujud sinergi pembelajaran yang efektif guna menghasilkan tenaga kerja yang memiliki daya saing tinggi dan benar-benar siap kerja di dunia industri,” tutur dia.

Hingga saat ini, AK-Tekstil Solo telah meluluskan lebih dari 1.000 mahasiswa, dengan total sebanyak 300 lulusan setiap tahunnya. Bahkan, 100 persen dari lulusan tersebut langsung terserap kerja di perusahaan-perusahaan tekstil besar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti PT Pan Brothers, PT Mataram Tunggal Garmen, dan PT Sritex Tbk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement