REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan arah kiblat dari Yerusalem ke Makkah merupakan perintah Allah SWT. Para cendekiawan Muslim sepakat perpindahan arah kiblat terjadi di pertengahan Sya'ban, sekitar 16 bulan setelah hijrah.
Dilansir di About Islam, Kamis (18/2), Allah memerintahkan umat Nabi Muhammad SAW melakukan sholat lima waktu dalam peristiwa Isra Mi'raj. Setelah itu, umat Islam selalu sholat dengan menghadap Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Kemudian perintah turun ketika Rasulullah sudah bermigrasi dari Makkah ke Madinah, melalui firman Allah: "Orang-orang bodoh di antara manusia akan berkata: "Apa yang memalingkan mereka (Muslim) dari Kiblat yang dulu mereka digunakan?" Katakanlah (Muhammad) : Milik Allah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus," (QS. Al Baqarah ayat 142).
Menurut Profesor Shahul Hameed, frase "orang bodoh” dalam konteks ini adalah mereka yang mengkritik perubahan arah kiblat, tanpa memahami apa pun. Karena sebelum membahas arti kiblat, kita harus memahami pentingnya apa yang disebut kiblat bagi umat Islam.
Bagi umat Islam, tidak ada sholat harian yang dapat dilakukan dengan benar tanpa mengetahui arah kiblat. Kiblat berarti orientasi atau arah yang benar.
Sejak takbir pertama, umat Islam telah diperintahkan menghadap Makkah sebagai rumah Allah. Artinya, secara spiritual ini menghubungkan diri mereka di sepanjang garis tak terlihat yang melewati setiap titik di bumi, ke pusat spiritual di Makkah.