REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menuturkan pengembangan desa wisata di Indonesia ini menggunakan tiga platform utama Kemenparekraf yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
Inovasi diantaranya dengan pendekatan 360 derajat dan big data. Adaptasi melalui penerapan protokol CHSE. Dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder. Sehingga, desa wisata nantinya dapat menjadi destinasi yang berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan, serta menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya.
“Harapan saya, desa-desa wisata ini mampu menjadi lokomotif dalam meningkatkan perekonomian dan menyejahterakan masyarakat sekitar. Karena, tidak hanya kita berfikir mengenai profit atau keuntungan saja, tetapi juga ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (22/6).
Menparekraf menjelaskan untuk mendukung pencapaian RPJMN 2020 – 2024 dalam rangka pembangunan 244 desa wisata, Kemenparekraf/Baparekraf memberikan pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia.
Selain itu juga peningkatan kompetensi dari aspek wirausaha melalui Gerakan Bangga Buatan Indonesia, serta Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) 2021 yang dianggarkan kurang lebih Rp 60 miliar.
Sandiaga menjelaskan, konsep pengembangan desa wisata yang didorong secara holistik yakni berbasis budaya, berbasis alam, berbasis buatan. "Kuncinya 3A atraksi, aksesibilitas, dan amenitas, serta branding, advertising, dan selling. Jadi saya suka mengajak beberapa influencer nasional maupun lokal, sehingga desa desa wisata tersebut juga bisa menciptakan konten-konten kreatif,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf, Yuke Sri Rahayu, menambahkan saat ini Kemenparekraf tengah mengembangkan dua ragam desa, yaitu desa wisata dan desa kreatif. Tujuannya sama untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah desa.
Kemenparekraf saat ini juga sedang menyusun panduan pengembangan desa kreatif dengan desa percontohan di dua desa di kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Kedua desa tersebut yakni Desa Mustika dan Desa Sumber Baru.
“Untuk desa kreatif sendiri akan difokuskan pada dua hal, yang pertama adalah mendorong transformasi desa berbasis komoditas menjadi desa kreatif, melalui penciptaan nilai tambah produk komoditas tersebut, dengan sentuhan kreativitas. Kemudian yang kedua yaitu mendorong pengembangan desa kreatif unggulan, yang mampu menciptakan produk dan karya kreatif unggulan, berkualitas tinggi,” jelas Yuke.
Wakil Menteri Desa PDTT, Budi Arie Setiadi, mengungkapkan menurut data yang diperoleh Kemendes PDTT jumlah desa yang ada di Indonesia yaitu sebanyak 74.961 desa dan sampai saat ini masih ada sekitar 20 ribu lebih desa dengan status sangat tertinggal dan tertinggal.
“Hal ini merupakan tantangan kita dalam tiga tahun ke depan. Kita mengharapkan di tahun 2024 setidaknya setengah dari desa-desa yang sangat tertinggal dan tertinggal bisa naik kelas,” kata Budi Arie.