REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Google Alphabet Inc mengatakan sedang mengembangkan alternatif metode standar industri untuk mengklasifikasikan warna kulit. Teknologi ini bertujuan untuk membatasi bias dalam produk.
Skala enam warna yang dikenal sebagai Fitzpatrick Skin Type (FST) telah digunakan oleh dokter kulit sejak 1970-an. Perusahaan teknologi sekarang mengandalkannya untuk mengkategorikan orang dan mengukur apakah produk seperti sistem pengenalan wajah atau sensor detak jantung jam tangan pintar memiliki performa yang sama baiknya di semua warna kulit.
Dilansir dari Japan Today, Senin (21/6), kritikus mengatakan FST, yang mencakup empat kategori untuk kulit “putih” dan masing-masing untuk “hitam” dan “cokelat”. Katagori ini dianggap mengabaikan keragaman di antara orang kulit berwarna.
Para peneliti di Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS), selama konferensi standar teknologi federal Oktober lalu, merekomendasikan untuk mengabaikan FST untuk mengevaluasi pengenalan wajah karena tidak mewakili rentang warna dalam populasi yang beragam.
Menanggapi pertanyaan Reuters tentang FST, Google mengatakan bahwa telah mengejar langkah-langkah yang lebih baik.
“Kami sedang mengerjakan langkah-langkah alternatif, lebih inklusif, yang dapat berguna dalam pengembangan produk kami dan akan berkolaborasi dengan pakar ilmiah dan medis, serta kelompok yang bekerja dengan komunitas kulit berwarna,” kata perusahaan itu.
Kontroversi tersebut merupakan bagian dari pertimbangan yang lebih besar atas rasisme dan keragaman dalam industri teknologi. Memastikan teknologi bekerja dengan baik untuk semua warna kulit, serta usia dan jenis kelamin yang berbeda.
Microsoft Corp dan pembuat jam tangan pintar Apple Inc dan Garmin Ltd merujuk FST saat mengerjakan sensor terkait kesehatan. Tetapi penggunaan FST dapat memicu “kepastian palsu” tentang pembacaan detak jantung dari jam tangan pintar pada kulit yang lebih gelap, tulis dokter University of California San Diego.