Selasa 22 Jun 2021 11:55 WIB

Ini Alasan Bawang Merah Dipilih untuk Food Estate Jawa

Pemerintah ingin agar pergerakan harga bawang merah lebih stabil sepanjang tahun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
 Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mendorong sistem pertanian hortikultura yang ramah lingkungan, salah satunya dengan pengembangan bawang merah yang diberi nama Glowing.
Foto: Kementan
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mendorong sistem pertanian hortikultura yang ramah lingkungan, salah satunya dengan pengembangan bawang merah yang diberi nama Glowing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan kembali membangun Food Estate hortikultura di wilayah Jawa. Adapun komoditas yang difokuskan yakni bawang merah.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, mengatakan meskipun produksi bawang merah dalam negeri telah mencukupi kebutuhan nasional, pemerintah ingin agar pergerakan harga lebih stabil sepanjang tahun.

"Kita juga bisa dorong untuk ekspor jika produksi kita meningkat, karena pasar untuk bawang merah di dunia cukup luas," kata Prihasto kepada Republika.co.id, Selasa (22/6).

Selain itu, kata Prihasto, kebutuhan bawang merah bagi industri makanan juga cukup besar sehingga membutuhkan pasokan yang stabil dari dalam negeri.

Adapun rencana lokasi pengembangan Food Estate tersebut masih dalam proses kajian. Sejauh ini, terdapat dua lokasi potensial yakni di wilayah Jawa Barat dan Yogyakarta. Namun, kata Prihasto, unsur terpenting yang menjadi pemilihan yakni minat petani serta pemerintah daerah.

"Lokasinya masih dalam proses, kita kerucutkan yang jelas ada semangat petani dan pemda," ujar dia.

Prihasto menuturkan, pembangunan Food Estate untuk bawang merah direncanakan seluas 500 hektare (ha). Selain bawang merah, pihaknya juga akan mencoba melakukan penanaman bawang bombay dengan rencana luas lahan 50 ha. Ia menuturkan, saat ini sudah terdapat beberapa pengembangan bawang bombay yang di beberapa daerah dan memberikan hasil yang cukup memuaskan.

Prihasto pun mengatakan, realisasi pembangunan direncanakan baru akan dimulai seiring masuknya tahun anggaran 2022. Kebutuhan total biaya yang diperlukan masih proses penghitungan dan juga dibahas bersama DPR dalam penyusunan pagu anggaran tahun depan.

Ia pun memastikan, pengelolaan Food Estate tersebut akan melibatkan Kementerian/lembaga terkait karena sistem pertanian harus terintegrasi dan berskala modern, sehingga seluruh pengelolaannya menggunakan teknologi pertanian termutakhir.

"Kementan akan melakukan pendampingan penuh pada petani dalam budidaya, pascapanen, pengolahan, pembentukan korporasi hingga pemasaran dan ekspor," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement