Jumat 08 Jan 2021 11:27 WIB

Menyambut Generasi Emas Indonesia Lewat Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter agar lahir generasi penerus bangsa memiliki akhlak baik.

Mengajarkan pendidikan karakter.
Foto: Republika.co.id
Mengajarkan pendidikan karakter.

Oleh : Fitria Handayani, S.Pd, Guru Sekolah Dasar

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Hirosima dan Nagasaki luluh lantak karena bom Amerika Serikat. Peristiwa itu membuat Jepang lumpuh total, jutaan orang meninggal dunia, ditambah efek radiasi bom yang membutuhkan puluhan tahun untuk menghilangkannya. Pascamenyerah kepada sekutu, Jepang langsung berbenah.

Kaisar Hirohito bertindak cepat demi memulihkan negaranya. Alih-alih bertanya berapa jumlah tentara kepada para jenderal yang dikumpulkan, Kaisar justru bertanya, "Berapa jumlah guru yang tersisa?" Pertanyaan yang membuat para jenderal heran karena mereka menegaskan masih bisa menyelamatkan Kaisar walau tanpa bantuan guru.

“Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi, kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar, bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka, kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”

Secarik sejarah itu sepatutnya menggugah kesadaran kita bahwa betapa bernilainya seorang guru. Bahkan, di mata Kaisar Jepang saat itu guru adalah bagian terpenting dalam penyelamatan negara. Tidak bisa dimungkiri, Jepang menjadi negara maju seperti sekarang karena peran dan jasa guru.

Kita mungkin sering mendengar kalimat "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Memang, guru memang bukan pahlawan yang berkorban darah di medan perang. Namun, guru sudah menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk mengajar, membimbing, dan menjadi teladan sebuah bangsa untuk menuju kemerdekaan. Merdeka dari kebodohan, merdeka dari kemiskian, dan merdeka dari keterpurukan akhlak.

Guru adalah salah satu pemegang kunci peradaban. Terbentuknya pola pikir anak salah satunya karena peran serta para guru yang mengajarkan siswanya di sekolah. Meski begitu, pembentukan karakter anak bukanlah tanggung jawab guru seorang, orang tua, dan faktor lingkungan juga memiliki peran penting di dalamnya.

Karena itu, guna memastikan para penerus bangsa memiliki pola pikir yang baik, pemerintah menggalakkan pendidikan karakter. Tujuannya memberikan pelajaran kepada anak mengenai etika dan sopan santun terhadap orang lain, khususnya kepada orang yang lebih tua. Pendidikan karakter juga dicanangkan untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, cakap dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan.

Sejatinya pendidikan karakter sudah digaungkan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara jauh sebelum Indonesia merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantara, konsep pendidikan karakter...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement