REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin tetanus dan difteri tampak memberikan efek perlindungan tehradap Covid-19. Menurut data temuan awal, kejadian Covid-19 berat tampak lebih rendah pada orang-orang yang sudah menerima kedua vaksin ini di masa lalu.
Covid-19 memang dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap orang. Sebagian orang yang terkena Covid-19 mungkin hanya mengalami gejala ringan, seperti flu atau bahkan tak bergejala.
Di lain sisi, ada pula orang-orang yang sampai membutuhkan perawatan di rumah sakit. Mereka harus diintubasi, mengalami gagal napas, atau mengalami dampak fatal lain ketika terkena Covid-19. Banyak ahli mengaitkan perbedaan dampak Covid-19 ini dengan perbedaan pada fungsi imunitas tubuh.
Bila bicara mengenai imunitas, peran dari riwayat vaksinasi sebelumnya tak bisa diabaikan. Berdasarkan hal ini, peneliti melakukan sebuah studi untuk menginvestigasi apakah riwayat vaksinasi di masa lalu turut memberikan efek perlindungan terhadap penyakit lain, termasuk Covid-19.
Sebuah studi pada 2020 telah mengivestigasi dampak vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) serta meningitis B. Hasil studi menunjukkan kedua vaksin ini dapat memicu reaksi silang yang kemudian berdampak pada munculnya perlindungan terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Reaksi silang terjadi ketika suatu patogen memicu respons imun terhadap patogen tak berkaitan yang muncul di masa depan. Reaksi silang ini merupakan mekanisme penting untuk imunitas heterolog.
Studi lain pada 2021 dalam jurnal Medical Hypotheses menunjukkan bahwa vaksinasi tetanus dapat berkontribusi dalam menurunkan tingkat keparahan Covid-19. Sejalan dengan temuan ini, studi terbaru dalam jurnal pracetak medRxiv juga menemukan bahwa orang dewasa yang pernah menerima vaksin booster difteri atau tetanus dalam 10 tahun terakhir memiliki risiko Covid-19 berat yang lebih rendah.