Rabu 23 Jun 2021 10:40 WIB

Merkel Divaksin Covid-19 Kombinasi AstraZeneca dan Moderna

Kanselir Jerman Angela Merkel menerima suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 Moderna

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Kanselir Jerman Angela Merkel memberi pengarahan kepada media setelah pertemuan virtual dengan gubernur negara bagian federal di kanselir di Berlin, Jerman, Selasa, 30 Maret 2021. Pejabat kesehatan Jerman Selasa sepakat untuk membatasi penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca pada orang di bawah 60 tahun di tengah kekhawatiran baru pembekuan darah yang tidak biasa dilaporkan dari mereka yang menerima suntikan.
Foto: AP/Markus Schreiber/AP POOL
Kanselir Jerman Angela Merkel memberi pengarahan kepada media setelah pertemuan virtual dengan gubernur negara bagian federal di kanselir di Berlin, Jerman, Selasa, 30 Maret 2021. Pejabat kesehatan Jerman Selasa sepakat untuk membatasi penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca pada orang di bawah 60 tahun di tengah kekhawatiran baru pembekuan darah yang tidak biasa dilaporkan dari mereka yang menerima suntikan.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel menerima suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 Moderna, setelah sebelumnya mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama dari AstraZeneca. Merkel menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca pada April atau dua pekan setelah otoritas Jerman merekomendasikan penggunaan vaksin tersebut hanya untuk orang berusia 60 tahun ke atas.

"Kami mengonfirmasi bahwa Merkel telah disuntik dosis kedua dengan vaksin mRNA dari Moderna," ujar juru bicara pemerintah dilansir Euro News, Rabu (23/6).

Baca Juga

Juru bicara tersebut kemudian menyanggah foto sertifikat vaksin Merkel di Twitternya, sebagai bukti bahwa pemimpin negara itu telah menerima vaksin Covid-19 lengkap. Beberapa negara, termasuk Jerman, telah memilih untuk menggunakan suntikan vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna sebagai dosis kedua setelah suntikan pertama menggunakan AstraZeneca.

Menurut Institut Robert Koch, sekitar 51,2 persen populasi Jerman atau sekitar 42,5 juta orang, telah menerima setidaknya satu dosis vaksin. Sementara 26,3 juta atau 31,6 persen telah divaksinasi secara lengkap.

Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya telah mengizinkan penggunaan vaksin AstraZeneca. Sebelumnya vaksin tersebut dilarang karena muncul indikasi pembekuan darah yang langka pada sejumlah orang yang telah menerima dosis suntikan vaksin tersebut. Jerman kembali mengizinkan penggunaan vaksin AstraZeneca dengan pembatasan.

Pada April, Jerman merekomendasikan orang yang menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca harus menerima suntikan yang berbeda untuk dosis kedua mereka. Beberapa negara Eropa lainnya membuat keputusan serupa. Beberapa ahli percaya mencampur vaksin dapat meningkatkan kekebalan dan beberapa penelitian medis sedang dilakukan.

Sebuah penelitian di Inggris menemukan orang yang menerima dosis pertama vaksin Pfizer, kemudian diikuti dengan dosis kedua dengan AstraZeneca, atau sebaliknya memiliki gejala pasca-vaksinasi ringan atau sedang. Sementara mereka yang menerima dua dosis dari jenis vaksin yang sama biasanya mengalami gejala pasca-vaksinasi yang agak berat.

Novavax akan mengambil bagian dalam uji coba vaksin Covid-19 campuran untuk menguji penggunaan dosis vaksin tambahan dari produsen berbeda sebagai booster. Uji coba akan dimulai pada Juni di Inggris.

Sementara Kanada, yang menghadapi kekurangan pasokan, telah merekomendasikan agar vaksin Pfizer dan Moderna dapat digunakan secara bergantian. Pemerintah mengatakan pengiriman vaksin Pfizer sebanyak 2,4 juta dosis telah tertunda.

"Vaksin aman untuk dicampur. Kami ingin Anda mendapatkan perlindungan penuh sesegera mungkin," ujar seorang dokter, David Williams, seperti dikutip National Observer.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement