Rabu 23 Jun 2021 11:52 WIB

Mengenal Varian Delta Plus, Mutasi Lebih Lanjut Varian Delta

Delta Plus mengandung mutasi K417N pada protein lonjakannya.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi virus corona.
Foto: Pixabay
Ilustrasi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus Corona varian Delta mengguncang India dalam gelombang kedua yang mematikan. Kini, otoritas kesehatan telah menemukan varian baru di tiga negara bagian, yang dikenal sebagai Delta Plus.

Sebanyak 22 kasus Delta Plus telah muncul di Maharashtra, yang menjadi semacam episentrum eskalasi Covid-19 India, Kerala dan Madhya Pradesh.

Baca Juga

"Delta Plus sebagai Variant of Concern (VoC) yang merupakan risiko tinggi dibandingkan dengan Variant of interest. Ini mengkhawatirkan karena kami tidak cukup tahu tentang bagaimana perilakunya darisini," kata Anggota Gugus Tugas Covid-19 di Maharashtra Om Shrivastava dikutip dari dari 9news pada Rabu (23/6).

Dia menjelaskan varian Delta Plus (AY.1) adalah mutasi lebih lanjut dari varian Delta yang diketahui (B.1.617.2). Delta Plus mengandung mutasi K417N pada protein lonjakannya. Namun, ia tidak mengetahui apakan varian ini lebih berbahaya atau tidak karena belum ada datanya.

Ia menambahkan varian Delta plus telah bermutasi, sangat menular dan mungkin lebih berbahaya daripada varian dominan saat ini. Varian tersebut menunjukkan peningkatan penularan, pengikatan yang lebih kuat pada reseptor sel paru-paru dan potensi pengurangan respons antibodi monoklonal.

"Varian ini pertama kali terdeteksi di Eropa pada Maret tahun ini dan telah dilaporkan di delapan negara lain seperti AS, Inggris, Portugal, Swiss, Jepang, Polandia, Rusia dan China," kata dia.

Ia mengaku saat ini para ilmuwan belum menguji efektivitas vaksin pada Delta Plus. "Yang jelas, India memiliki beban kasus Covid-19 terbesar kedua di dunia dengan hampir 30 juta kasus dan 389.302 kematian," kata dia.

Diketahui, dalam minggu menjelang 19 Juni 2021 terdapat 464.391 kasus baru tercatat, Angka ini turun dari 700.473 minggu sebelumnya dan secara signifikan lebih rendah dari rekor 2.737.058 pada pekan menjelang 8 Mei 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement