REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil melaporkan pasukan junta telah menewaskan 875 orang selama lebih dari 140 hari sejak kudeta militer di Myanmar.
Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) mencatat tambahan dua korban asal Yangon dan Mandalay yang tewas pada Senin dan didokumentasikan Selasa (22/6). Dalam laporannya, Rabu dini hari (23/6), AAPP mengungkapkan 5.053 orang masih ditahan, sebanyak 198 orang di antaranya dijatuhi hukuman.
Menurut AAPP, pasukan junta menembak Phoe Thingyan alias Phoe Sein (13) di bagian punggung dan membawa anak yang sedang terluka itu, di Kotapraja Bahan, Yangon, 19 Juni. Saat kejadian, Phoe Sein sedang bermain dan ditembak ketika dia melarikan diri setelah melihat pasukan junta. Kemudian, keluarga Phoe Sein diberitahu pada 21 Juni bahwa anak tersebut telah tewas.
AAPP sekaligus melaporkan warga bernama Kyaw Kyaw Myo asal Desa Lat Pan Hla, Kotapraja Singu, Mandalay, ditembak saat membagikan undangan pernikahannya dengan mengendarai sepeda motor pada 20 Juni malam. Kyaw Kyaw Myo tewas di tempat, sementara teman yang bersamanya dipukuli dan ditangkap.
Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.