REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Risiko anak-anak untuk sakit berat ketika positif Covid-19 memang tidak besar. Namun, sebagian dari mereka ada yang mengalami long Covid alias merasakan gejala Covid-19 yang berkepanjangan.
Bahkan, data dari Data Kantor Statistik Nasional Inggris mengungkap bahwa sekitar 7,4 persen anak berusia dua hingga 11 tahun melaporkan gejala lanjutan. Sementara itu, 8,2 persen anak 12-16 tahun mengalami keluhan serupa.
Hasil penelitian Gemelli University Hospital di Roma, Italia, mengenai long Covid juga mencatat, lebih dari setengah anak-anak berusia antara enam hingga 16 tahun yang terpapar SARS-CoV-2 memiliki gejala selama lebih dari 120 hari. Alasan lamanya gejala Covid-19 pada anak masih perlu diteliti lebih lanjut.
Dikutip dari Irish News pada Rabu (23/6), kelompok pendukung Long Covid Kids menjelaskan bahwa gejala yang dialami anak sangat luas. Keluhannya mulai dari kehilangan nafsu makan, sakit mata, mimisan, hingga sakit leher.
Di samping itu, anak juga bisa mengalami kabut otak (brain fog), batuk, nyeri sendi, ruam, dan alergi. Sakit perut, gatal, tangan dan kaki dingin, pilek, dan insomnia pun dapat mengusik anak sebagai bagian dari long Covid.
“Gejala Covid-19 yang berlangsung lama baru dikenali pada anak-anak. Anda tidak perlu merasa sendiri, ada pelajaran yang telah kami pelajari dan dapat disimak,” kata organisasi itu, dikutip dari Maldon and Burnham Standard, Rabu (23/6).
Bagaimana cara merawat anak yang mengalami long Covid?