REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri, Antara
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat angka kesembuhan yang lebih rendah dari angka kasus baru selama lima minggu terakhir ini. Kenaikan angka kasus baru ini meningkat signifikan dibandingkan kenaikan angka kesembuhan dengan puncak selisih sebesar 17.391 kasus pekan ini.
Satgas mencatat, angka kasus positif dalam lima minggu terakhir ini sebesar 64.828 kasus. Sementara, angka kesembuhan hanya mencatatkan angka sebesar 47.437 kasus.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Ari Fahrial Syam, memberikan penjelasan mengapa pasien Covid saat ini sembuh lebih lama. "Misalnya pasien-pasien yang isolasi mandiri tidak lagi dilakukan PCR ulang karena kalau isolasi mandiri kan tidak melakukan tes lagi, sehingga dianggap negatif. Nah (kesembuhan) ini tercatat atau tidak," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (23/6).
Selain data yang harus diketahui, Ari menilai saat ini jumlah kasus Covid-19 terus meningkat dan membuat pasien yang dirawat di rumah sakit adalah yang memiliki keluhan sedang hingga berat. Otomatis, dia melanjutkan, pasien dengan keluhan sedang hingga berat ini membutuhkan waktu proses penyembuhan lebih panjang.
Menurutnya, ini bisa menjadi salah satu faktor. Terkait kesembuhan pasien lebih lama sekarang ini, ia mengaku belum bisa bicara lebih jauh karena belum ada data atau bukti mengenai masalah ini.
"Hanya saja memang pasien Covid-19 yang dirawat dalam kondisi sedang dan berat yang membutuhkan waktu lebih panjang. Pasien itu tidak bisa dipulangkan karena kondisi sakit sedang hingga berat yang rata-rata butuh waktu perawatan dua hingga tiga pekan," katanya.
Kemudian setelah dipulangkan, ia menyebutkan 10 hingga 20 persen penyintas yang baru pulang dari rumah sakit mengalami gejala sisa atau long Covid-19. Lebih lanjut, Ari meminta masyarakat yang sudah terinfeksi virus supaya makan cukup, jangan kurang minum, kemudian konsumsi vitamin D, zinc, vitamin C.
"Kemudian kalau mendapatkan antivirus, ya konsumsi," ujarnya.
Oleh karena itu, Ari juga meminta sebaiknya masyarakat keluar rumah kalau ada keperluan mendesak. Selain itu, orang yang mobilitasnya tinggi dan bolak balik ke rumah yang kontak dengan anggota keluarga termasuk lansia supaya memperhatikan masalah ini.
"Ini mengingat kondisi yang semakin parah dan penularan cukup tinggi di masyarakat. Artinya mengurangi risiko dengan stay at home," katanya.
Pengamat kesehatan, Laura Navika Yamani, mengatakan, setidaknya tiga faktor menyebabkan lamanya pasien Covid sembuh. Salah satunya tingginya penularan Covid-19.
"Kesembuhan lebih lama karena faktor tingginya transmisi atau penyebaran. Kasus Covid-19 kan banyak, jadi bisa saja orang-orang yang terinfeksi virus ini semakin banyak," kata Laura saat dihubungi Republika, Rabu (23/6).
Artinya, dia melanjutkan, kalau semakin banyak orang yang terinfeksi Covid-19 apalagi dengan gejala dan tidak segera ditangani atau dibawa ke rumah sakit maka dikhawatirkan kondisinya semakin memburuk, sulit untuk disembuhkan bahkan menyebabkan kematian.
Faktor kedua, dia melanjutkan, yaitu jumlah kasus Covid-19 yang banyak. Ia mendapatkan informasi bahwa keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit yang kini mencapai hampir 100 persen. Bahkan, di beberapa daerah sudah kelebihan kapasitas.
"Ini bisa juga yang menyebabkan penanganan terhadap untuk pasien Covid-19 semakin lambat. Kalau semakin lambat, otomatis bisa jatuh di kondisi drop dan lebih parah," ujarnya.
Sehingga, dia melanjutkan, kalau kondisi pasien lebih berat maka kesembuhannya semakin lama. Ia menilai pasien tidak bisa sembuh dalam waktu yang cepat karena fasilitas kesehatan yang mulai kolaps dan tidak bisa mengobati. Otomatis orang-orang yang datang ke rumah sakit ini akan berobat terpaksa menunggu.
"Kemudian, mereka disuruh pulang karena tidak ada tempat tidur yang kosong. Itu yang memperburuk kondisi," ujarnya.
Faktor ketiga, dia melanjutkan, yaitu angka kesembuhan setiap hari dilaporkan pemeeintah adalah yang termonitor di fasilitas kesehatan seperti di rumah sakit, di tempat isolasi milik pemerintah. Sedangkan orang yang terinfeksi Covid-19 kemudian isolasi mandiri di rumah kemudian sembuh mungkin saja datanya terlewat karena kesembuhannya tidak tercatat.
Sebab, Laura pernah membaca berita pihak pusat kesehatan masyarakat yang tidak benar-benar mengontrol pasien isolasi mandiri. Sehingga, dia melanjutkan, ini jadi pekerjaan pemerintah untuk benar-benar monitoring pasien Covid-19 yang sembuh dan mencatatnya. Kemudian seluruh data pasien sembuh tercatat.
"Jadi, masalah ini harus diinvestigasi karena ada tiga faktor tadi," ujarnya.
Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan perkembangan kenaikan kasus positif mingguan di Indonesia yang mengalami peningkatan tajam sejak empat minggu terakhir, yakni mencapai 92 persen. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun menyebut kenaikan kasus yang sangat tajam ini tak lagi dapat ditoleransi.
"Ini adalah kenaikan yang sangat tajam dan tidak dapat ditoleransi," kata Wiku dikutip dari siaran resmi yang diterima, Rabu (23/6). Berdasarkan data per 20 Juni 2021, Satgas mencatat enam provinsi di Pulau Jawa menyumbang tertinggi kenaikan kasus di Indonesia.