REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekitar 41 juta orang di seluruh dunia berada dalam risiko kelaparan. Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) pada Selasa (22/6), mengatakan, melonjaknya harga makanan pokok menambah tekanan pada ketahanan pangan.
"Kami sekarang memiliki empat negara di mana kondisi kelaparan mulai hadir. Sementara, 41 juta orang benar-benar dalam kelaparan," kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley.
WFP mengatakan, pihaknya perlu mengumpulkan dana senilai 6 miliar dolar AS untuk menjangkau mereka yang mengalami kelaparan di 43 negara. "Kami membutuhkan dana dan kami membutuhkannya sekarang," kata Beasley.
Tingkat kelaparan dunia meningkat sejak 2016, didorong oleh konflik dan perubahan iklim. Pada 2019, sebanyak 27 juta orang berada di ambang kelaparan.
Harga pangan dunia naik ke level tertinggi dalam satu dekade pada Mei. Data PBB menunjukkan, harga kebutuhan pokok seperti sereal, minyak sayur, produk susu, daging dan gula naik 40 persen dibandingkan tahun lalu.
Depresiasi mata uang di sejumlah negara seperti Lebanon, Nigeria, Sudan, Venezuela, dan Zimbabwe semakin menambah tekanan dan mendorong kenaikan harga pangan. Hal itu memicu kerawanan pangan.
Kondisi kelaparan tahun ini muncul di Ethiopia, Madagaskar, Sudan Selatan,Yaman, serta di Nigeria dan Burkina Faso. Beasley memperingatkan agar tidak memperdebatkan angka kematian seperti yang terjadi di Somalia pada 2011, ketika 130 ribu orang telah meninggal pada saat kelaparan diumumkan. WFP mengatakan, sekitar 9 persen populasi dunia atau setara dengan hampir 690 juta orang, tidur dalam keadaan lapar setiap malam.