Produk Kerajinan Borobudur Sepi Permintaan Selama Pandemi
Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah wisatawan berada di kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jateng, Selasa (18/5/2021). Setelah ditutup dari tanggal 8-17 Mei 2021 guna pengendalian Penyebaran COVID-19 TWC Borobudur kembali dibuka untuk kunjungan wisata pada Selasa (18/5/2021). | Foto: ANTARA/Anis Efizudin
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) produk kerajinan di kawasan Borobudur, Jawa Tengah, mengalami sepi permintaan karena dampak pandemi Covid-19. Pelaku UMKM produk kerajinan di Dusun Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Nuryanto, mengatakan semenjak pandemi tidak ada lagi permintaan produk dari luar kota maupun luar negeri.
"Permintaan produk kerajinan penurunannya luar biasa, karena semua tutup. Kami tidak lagi kirim produk ke Singapura, Malaysia, maupun ke sejumlah kota di dalam negeri seperti Bali dan Yogyakarta selama pandemi," katanya, Rabu (23/6).
Pemilik Lidya Art ini menyebutkan sebelum pandemi hampir setiap tiga hari sekali mengirim produk ke Bali maupun Yogyakarta, tetapi sekarang benar-benar tidak ada permintaan.
Ia menyampaikan karena sepinya permintaan produk tersebut pihaknya juga mengurangi karyawan, dari sebelumnya 40 orang kini tinggal sekitar 15 orang.
Nuryanto menuturkan untuk bertahan di tengah pandemi ini pihaknya memproduksi wastafel (tempat cuci tangan), handsanitizer, dan membuat masker lukis untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Selama ini Nuryanto dikenal sebagai perajin khusus dari bahan baku limbah. Tidak hanya limbah furniture dan kaleng bekas, tetapi juga olahan batu kali dijadikan produk kerajinan.
Produk kerajinan yang dihasilkan antara lain miniatur Candi Borobudur, baik berupa candi, stupa, juga papan relief.