REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebagian orang tua di Israel mulai giat memvaksinasi anak-anaknya pascapeningkatan kasus Covid-19 di lingkungan sekolah. Kementerian Kesehatan Israel pada Senin (21/6) merekomendasikan agar anak berusia 12-15 tahun divaksinasi.
Sekitar tiga perempat orang Israel dalam kelompok usia yang memenuhi syarat telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Tapi itu termasuk hanya 2-4 persen dari anak berusia 12-15 tahun sejak mereka memenuhi syarat bulan ini, menurut data Kementerian Kesehatan.
Dengan infeksi turun dari lebih dari 10 ribu kasus harian pada Januari menjadi satu digit, Israel telah menurunkan hampir semua jarak sosial. Israel berharap menerima turis yang divaksinasi pada Juli.
Tetapi kasus harian meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 125 pada Senin (21/6) setelah wabah di dua sekolah dikaitkan dengan varian Delta yang lebih menular. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett lalu mengumumkan, pembatasan dapat diperpanjang sebagai bagian dari tindakan pencegahan baru.
"Vaksinasi anak-anak Anda," desak Bennett dalam sambutan yang disiarkan televisi dilansir dari Reuters pada Rabu (23/6).
Bennett memperingatkan, dosis yang diberikan saat ini akan kedaluwarsa pada 9 Juli. Dua penyedia layanan kesehatan terbesar Israel mengatakan permintaan untuk vaksinasi anak berusia 12-15 tahun telah berlipat ganda dan tiga kali lipat dalam beberapa hari terakhir.
"Sekarang, setelah wabah Covid, saya berkata - hari ini, hari ini, saya tidak peduli, hari ini harus divaksin," kata Yizhak Nevo, yang membawa putrinya berusia 13 tahun untuk mendapatkan suntikan di Kota Binyamina, di mana satu sekolah mengalami wabah baru-baru ini.
Namun para ahli mengatakan, tidak akan ada herd immunity jika generasi muda tidak divaksinasi. Lebih dari sepertiga populasi, sebagian besar anak-anak dan remaja, tidak divaksinasi. Hal itu disampaikan Ran Balicer, yang mengepalai komite penasihat pemerintah Covid-19.
"Pada tingkat ini, tidak mungkin seseorang dapat mencapai kekebalan komunitas secara penuh," ujar Balicer
Balicer menyebut masih belum cukup banyak kasus varian Delta di Israel untuk melakukan penelitian keefektifan vaksin Pfizer. Beberapa penelitian di luar negeri telah menunjukkan itu efektif.
"Tidak diragukan lagi akan ada peningkatan kasus tetapi saya berharap tidak akan ada peningkatan dramatis dalam rawat inap karena mereka yang terinfeksi masih muda dan sebagian besar orang dewasa divaksinasi," kata Adi Stern selaku profesor virologi evolusi di Universitas Tel Aviv.