Rabu 23 Jun 2021 22:25 WIB

Ini Strategi PLN Amankan Pasokan Listrik Blok Rokan

Blok Rokan merupakan penyumbang 25 persen dari total produksi minyak nasional

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pegawai PLN memeriksa sistem kelistrikan (ilustrasi). PT PLN (Persero) berkomitmen menjaga keandalan pasokan listrik dan uap untuk mendukung pengoperasian Blok Rokan, baik saat masa peralihan maupun secara jangka panjang.
Foto: PLN
Pegawai PLN memeriksa sistem kelistrikan (ilustrasi). PT PLN (Persero) berkomitmen menjaga keandalan pasokan listrik dan uap untuk mendukung pengoperasian Blok Rokan, baik saat masa peralihan maupun secara jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) berkomitmen menjaga keandalan pasokan listrik dan uap untuk mendukung pengoperasian Blok Rokan, baik saat masa peralihan maupun secara jangka panjang. 

Seperti diketahui, pengelolaan Blok Rokan mulai 9 Agustus 2021 akan beralih dari Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina Hulu Rokan. Blok Rokan merupakan penyumbang 25 persen dari total produksi minyak nasional.

Apabila pasokan listrik ke Blok Rokan terhenti, dampaknya fatal dan hal ini akan sangat mengganggu pencapaian lifting dan produksi migas nasional. 

Selama dikelola CPI, pasokan listrik untuk blok Rokan ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 300 Megawatt (MW) yang dimiliki oleh PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang mayoritas sahamnya dimiliki Chevron Standar Ltd (CSL).

"Saat ini, kami sedang bernegosiasi dengan MCTN.  Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa tercapai kesepakatan, saham MCTN 100 persen milik PLN," kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril dalam diskusi virtual bertajuk "Keandalan Pasokan Listrik Jaga Produksi Blok Rokan", Selasa (22/6).

Guna menjamin pasokan listrik dan uap dalam operasional WK Rokan, PLN dan PHR telah menyepakati dan menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Uap (PJBTLU) pada 1 Februari 2021 lalu.

Dalam melayani kebutuhan listrik dan uap Blok Rokan, lanjut Bob, PLN merencanakan 2 tahap yaitu masa transisi dan masa permanen. Tahap pertama, masa transisi dengan memanfaatkan pembangkit listrik eksisting yang akan berlangsung selama 3 tahun, mulai 9 Agustus 2021. Tahap kedua, masa layanan permanen akan mengandalkan pembangkit dan jaringan PLN yang dimulai pada 2024.

“Kami akan ambil dari Sistem Sumatera yang sudah cukup besar kesediaan dayanya dan sistemnya, baik di suplai dari sistem dari Selatan maupun Utara melalui sistem 275 KV dan akan menjadi 500 KV dalam satu tahun ini sudah bisa masuk,” tegas Bob.

Rencananya, listrik Blok Rokan sekitar 400 MW dipasok dari sistem kelistrikan Sumatera dan uap 335 MBSPD dengan menggunakan New Steam Generator. PLN membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk membangun interkoneksi listrik sistem Sumatra ke Blok Rokan.  

Dalam kurun waktu tersebut, PLN memanfaatkan PLTG North Duri Cogen MCTN 300 MW dan didukung PLTG Minas dan Central Duri sebesar 130 MW. Selain itu, penyediaan pasokan listrik yang andal dari Sistem Sumatra ke Blok Rokan dilakukan dari tiga sumber. Pertama, melalui transmisi New Garuda Sakti–Balai Pungut, kapasitas 290 MW. Kedua, melalui transmisi Duri–Balai Pungut, kapasitas 240 MW. Ketiga, melalui pembangkit Balai Pungut sebesar 250 MW.

“Harapan kami, kalau satu ada kendala, ada dua backup. Lalu untuk menjamin keandalan, dilengkapi juga dengan fasilitas kompensator (kapasitor) di sisi TT dan Converter 5X100 MW. Mengapa kami pasang 5X100 MW karena untuk mengantisipasi pengembangan ke depannya, sekaligus untuk mem-backup sistem apabila sedang ada pemeliharaan,” terang Bob.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement