Kamis 24 Jun 2021 12:59 WIB

Israel Puji Kerja Sama dengan AS Hadapi Iran

Menurut pejabat Pasukan Pertahanan Israel ancaman Iran tak dapat dianggap sepele

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Tentara Iran berdiri di samping foto besar mendiang pendiri Iran dari Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini dalam sebuah upacara dalam rangka peringatan 42 tahun kembalinya Khomeini dari pengasingan dari Paris, di makamnya di Teheran selatan, Iran, Ahad (31/1/2021).
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Tentara Iran berdiri di samping foto besar mendiang pendiri Iran dari Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini dalam sebuah upacara dalam rangka peringatan 42 tahun kembalinya Khomeini dari pengasingan dari Paris, di makamnya di Teheran selatan, Iran, Ahad (31/1/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kohavi memuji kerja sama yang belum pernah terjadi sebelumnya antaranya negaranya dan Amerika Serikat (AS). Dia menyoroti tentang upaya bersama menggagalkan agresi Iran.

“Kerja sama operasional IDF dengan militer AS belum pernah terjadi sebelumnya dalam cakupannya dan telah mencapai ketinggian baru. Tujuan aksi bersama dan utama bagi kedua pasukan adalah menggagalkan agresi Iran,” kata Kohavi saat berkunjung ke Komando Pusat Militer AS di Florida pada Rabu (23/6) dikutip dari laman Al Arabiya.

Baca Juga

Menurut Kohavi, ancaman Iran tak dapat dianggap sepele. “Iran berusaha untuk membangun dan memperkuat teroris di banyak negara (serta) terus menimbulkan ancaman regional dalam hal proliferasi nuklir, sistem senjata canggih termasuk kemampuan rudal balistik, dan pembiayaan tentara teroris,” ucapnya.

Dalam kunjungannya ke AS, Kohavi bertemu Komandan Pusat Komando Militer AS Jenderal Frank McKenzie. Dia pun sempat melakukan pembicaraan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan. Selain soal Iran, terdapat beberapa isu lain yang menjadi pembahasan seperti Suriah dan perkembangan situasi di Jalur Gaza.

Kohavi memulai kunjungannya ke AS pada Ahad (20/6) lalu. Kedatangannya ke sana terjadi empat pekan setelah Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata di Jalur Gaza. Kesepakatan itu mengakhiri pertempuran selama 11 hari yang berlangsung pada 10-21 Mei.

Sedikitnya 270 warga Palestina di Gaza gugur akibat serangan Israel. Dari total korban, lebih dari 60 di antaranya adalah anak-anak.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement