Banyaknya Pengguna Medsos tak Diimbangi Literasi Digital
Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Ratna Puspita
Mendikbudristek Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Rapat tersebut membahas Rencana Kerja Pemerintah Kementerian/Lembaga (RKP K/L) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L) tahun 2022. | Foto: Antara/Aprillio Akbar
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan Twitter untuk melakukan penguatan literasi media sosial. Mendikbudristek Nadiem Makarim, kemampuan literasi masyarakat Indonesia harus ditingkatkan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi.
"Media sosial yang awalnya dirancang untuk hal baik, sayangnya jumlah pengguna yang besar di Indonesia belum diimbangi dengan tingkat literasi. Tingkat literasi digital di Indonesia saat ini masih di tingkat sedang," kata Nadiem, saat membuka acara penandatanganan MoU dengan Twitter secara daring, Kamis (24/6).
Saat ini, Nadiem melihat banyak kejadian negatif di media sosial seperti ujaran kebencian dan penyebaran hoaks. Tidak sedikit kejadian-kejadian tersebut yang melibatkan pelajar.
Terkait hal ini, Nadiem menegaskan Kemendikbudristek bertekad terciptanya lingkungan belajar yang suportif. "Semakin ke sini, teknologi dan media digital menjadi bagian yang tidak terpisahkna bagi kehidupan kita. Kami telah menjadikan literasi digital sebagai perhatian khusus, tidak hanya terbatas pada penyediaan infrastruktur teknologi tapi juga menekankan literasi digital," kata dia lagi.
Ia menjelaskan, silabus untuk literasi digital disusun bersama Kemendikbudristek dan Twitter. Nantinya, silabus tersebut akan disebarkan oleh Kemendikbudristek ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Literasi digital ini juga melibatkan guru dan tenaga kependidikan.
Sementara itu, Chief Representative Twitter Asia Pasific di Jakarta Agung Yudha berterima kasih kepada Kemendikbudristek atas kerjasama tersebut. Menurutnya, Twitter merasa penting untuk meningkatkan literasi media sosial di Indonesia.
"Literasi media sosial masih menjadi masalah di Indonesia, sementara di sekolah belum terimplementasikan dengan baik," kata Agung.
Agung mengatakan, Kemendikbudristek adalah badan utama di Indonesia yang mengembangkan bahan ajar dan silabus untuk pendidikan. Tujuan akhir dari kerjasama ini adalah membantu menavigasi ruang daring yang semakin kompleks dan membantu anak belajar bergabung dengan ruang diskusi publik dengan aman.