REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Antara
Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia dalam satu bulan terakhir terjadi begitu ekstrem. Laju penambahannya terbilang cepat. Sebagai gambaran, mengacu pada data Satgas Penanganan Covid-19, terjadi kenaikan kasus harian sampai 10 kali lipat hanya dalam kurun waktu satu bulan lebih sedikit.
Pada periode libur Lebaran lalu, tepatnya tanggal 15 Mei 2021, kasus harian tercatat 'hanya' 2.385 kasus dalam sehari. Berselang satu bulan kemudian, tepatnya hari ini Kamis (24/6), kasus positif baru dilaporkan sebanyak 20.574 orang. Angka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 melanda Indonesia selama 15 bulan terakhir.
Lonjakan kasus yang signifikan ini bisa memberi gambaran betapa parahnya penularan Covid-19 saat ini. Jumlah kasus aktif juga menanjak lagi menjadi 171.542 orang. Angka ini hampir mendekati rekor kasus aktif tertinggi di Indonesia yang tembus 175.000 orang di awal Februari 2021 lalu.
Catatan merah lainnya, angka kematian masih menunjukkan tren kenaikan cukup signifikan. Pada Kamis (24/6), angka kematian akibat Covid-19 dilaporkan ada 355 orang. Sudah dua pekan ini, angka kematian Covid-19 selalu di atas 200 orang per hari. Bahkan terhitung sejak 13 Mei 2021, tidak pernah lagi dilaporkan kematian di bawah 100 orang per hari.
Kabar baiknya, angka sembuh juga terus menanjak. Hal ini seiring dengan tingginya penambahan kasus positif. Pada Kamis (24/6) ini jumlah pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 sebanyak 9.201 orang.
Dari penambahan kasus hari ini, DKI Jakarta menyumbang angka tertinggi yakni 7.505 kasus. Angka ini sekaligus rekor bagi ibu kota. Posisi kedua ditempati Jawa Tengah dengan 4.384 kasus. Menyusul kemudian Jawa Barat dengan 3.053 kasus, Jawa Timur dengan 945 kasus, dan DI Yogyakarta dengan 791 kasus.
Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan jumlah pasien yang harus dirawat otomatis meningkat. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan, pasien bergejala berat dan sedang harus didahulukan untuk menerima perawatan rumah sakit di tengah meningkatnya keterisian tempat tidur rumah sakit seiring peningkatan kasus signifikan.
"Tidak semua pasien Covid-19 harus ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lanjut. Pasien dengan gejala berat dan sedang yang berhak didahulukan untuk mendapatkan penanganan, baik isolasi maupun perawatan intensif di rumah sakit," tegas Wiku, dalam pernyataan resmi, Kamis.
Menurut data global dari WHO, mayoritas pasien Covid-19 di dunia bergejala ringan hingga sedang dengan persentase sama, masing-masing 40 persen. Karena itu, kesuksesan dalam manajemen pelayanan kesehatan yang baik ini bukan hanya terkait dengan masalah operasional rumah sakit. Namun juga terkait dengan peran besar masyarakat serta fasilitas kesehatan di tingkat komunitas.
Wiku menjelaskan, sebaiknya isolasi dilakukan terpusat di lokasi-lokasi yang layak agar pelaksanaannya terpantau dengan baik. Pemerintah daerah melalui dinas kesehatan setempat bertanggung jawab menyediakan fasilitas isolasi terpusat.
Mengingat kemampuan setiap daerah berbeda, maka di daerah yang masih kekurangan fasilitas isolasi terpusat masyarakat dapat membantu upaya pengendalian Covid-19. Caranya secara berjenjang dengan berinisiatif melakukan isolasi mandiri baik di rumah, tempat kos, hotel, atau apartemen.
"Pemerintah mendukung upaya ini dengan catatan masyarakat berkomitmen menjalankan prosedur isolasi mandiri dengan baik di bawah pengawasan puskesmas yang merupakan bagian dari posko," ujar Wiku.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan mereka yang positif selama isolasi mandiri seperti istirahat cukup, konsumsi multivitamin, dan berolahraga. Selain itu, untuk meminimalisasi penularan kepada anggota keluarga lain, pastikan terdapat ruangan terpisah antara individu yang melakukan isolasi dengan penghuni lainnya.
Wiku juga mengingatkan agar tidak langsung panik dan terburu-buru pergi ke rumah sakit mendapati hasil positif lewat uji PCR. Namun, dapat memaksimalkan sumber daya dengan upaya preventif optimal melalui posko.
"Bila rasio tenaga kesehatan untuk mengawasi jumlah masyarakat yang melakukan isolasi mandiri secara terpusat belum mencukupi, maka relawan kesehatan harus ditambah untuk memastikan pelayanan yang prima. Tindakan bijak kolektif ini dapat membantu mengurangi beban fasilitas kesehatan sekaligus tenaga kesehatan," ujar Wiku.