REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyatakan, pabrik baterai kendaraan listrik milik PT Industri Baterai Indonesia dan konsorsium LG dari Korea Selatan direncanakan groundbreaking pada akhir Juli atau Agustus 2021. Ia menambahkan, pabrik baterai sel atau cell battery akan dibangun terlebih dahulu.
"Saya di bulan ini juga akan tanda tangani perjanjian untuk mulai pembangunan pabrik baterai sel yang akan kita lakukan di akhir Juli atau Agustus groundbreaking pertama. Jadi kita hajar dari hilir baru hulu, bukan hulu baru hilir," ujar Bahlil dalam webinar yang digelar Universitas Indonesia, Kamis (24/6).
Ia menjelaskan, pembangunan pabrik dimulai dari sisi hilir demi mencegah ekspor bahan baku menjadi barang setengah jadi. "Kita harus jaga bahan baku kita seminimal mungkin," katanya.
Pada pembangunan tahap pertama, kata dia, pabrik akan berkapasitas 10 gigawatt. "Insya Allah ini berproses dan berproduksi di tahun 2023 akhir," jelas dia.
Transformasi ekonomi tersebut, sambung Bahlil, akan memberikan jawaban terkait Indonesia yang akan menjadi salah negara dengan kontribusi besar ke dunia. Khususnya untuk industri baterai mobil.
Bahlil menuturkan, nota kesepahaman atau memorandum of understanding (mou) kerja sama dengan Konsorsium LG yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG international, POSCO, dan Huayou Holding itu sudah diteken pada Desember 2020 lalu. Nilai investasinya sebesar 9,8 miliar dolar AS atau Rp 142 triliun.
"Angka tersebut merupakan investasi terbesar pascareformasi dan itu dibangun dari hulu ke hilir. Mulai dari mining-nya yang akan dibangun kerja sama dengan Antam," ujar Bahlil.
Dirinya mengungkapkan, Industri Baterai Indonesia juga akan bermitra dengan pemain global besar lainnya yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dari Cina. "CATL sudah tanda tangan mou dengan Antam senilai 5,2 miliar dolar AS, bahkan ada prospek tambah lagi tergantung volumenya," jelas dia.