REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekitar 650 tentara Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan tetap berada di Afghanistan untuk memberikan keamanan bagi para diplomat. Jumlah tersebut akan tetap dipertahankan setelah pasukan utama militer AS menyelesaikan penarikannya pada 11 September.
Sekitar 650 tentara AS direncanakan untuk menjadi pasukan yang lebih permanen hadir di Afghanistan. Mereka akan memberikan keamanan bagi Kedutaan Besar AS dan beberapa dukungan berkelanjutan di bandara.
Para pejabat mengatakan AS telah setuju untuk meninggalkan sistem C-RAM atau Counter-Rocket, Artileri, Mortar di bandara, serta pasukan untuk mengoperasikannya, sebagai bagian dari perjanjian dengan Turki. AS juga berencana untuk meninggalkan awak pesawat untuk dukungan helikopter di bandara.
Pejabat AS menyatakan beberapa ratus pasukan tambahan AS akan tetap berada di bandara Kabul, kemungkinan hingga September. Keberadaan mereka untuk membantu pasukan Turki memberikan keamanan, sebagai langkah sementara sampai operasi keamanan yang dipimpin Turki dilakukan.
Menurut para pejabat, Turki sebagian besar telah setuju untuk memberikan keamanan di bandara selama menerima dukungan dari pasukan AS. Pejabat militer AS dan Turki bertemu di Ankara pekan ini untuk menyelesaikan pengaturan.
Kepergian lebih dari 4.000 tentara yang telah berada di negara itu dalam beberapa bulan terakhir berlangsung jauh sebelum batas waktu penarikan menjadi perhatian. Kondisi ini terjadi akibat kemenangan Taliban di medan perang, memicu kekhawatiran bahwa pemerintah Afghanistan dan militernya dapat runtuh dalam hitungan bulan.
Para pejabat telah berulang kali menekankan keamanan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul adalah persyaratan penting untuk menjaga staf diplomatik AS di Afghanistan. Namun, keputusan untuk mempertahankan pasukan tambahan di tempat itu selama beberapa bulan lagi membuatnya lebih rumit.
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (24/6) malam, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan seperti yang diperintahkan Presiden Joe Biden, AS akan menyelesaikan penarikan pada awal September. "Tidak ada yang berubah tentang tujuan itu. Situasinya dinamis dan kami meninjau kemajuan kami setiap hari. Spekulasi oleh sumber yang tidak disebutkan namanya tentang perubahan potensial pada garis waktu itu tidak boleh ditafsirkan sebagai prediktif," kata Kirby.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional, bertemu dengan Biden di Gedung Putih pada Jumat (25/6). Kedua pemimpin Afghanistan juga akan bertemu di Pentagon dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan mungkin pejabat pemerintah lainnya.
Pekan lalu ada diskusi tentang kemungkinan memperluas kehadiran pasukan AS di Lapangan Terbang Bagram, utara Kabul. Namun, para pejabat mengatakan kehadiran AS di pangkalan itu diperkirakan akan berakhir dalam beberapa hari ke depan.