REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur YLBHI, Asfinawati, menilai tes wawasan kebangsaan (TWK) sarat dugaan diskriminatif. Hal tersebut disampaikan menyusul pernyataan Penyidik Novel Baswedan yang mengatakan bahwa tes merupakan operasi intelijen untuk menyingkirkan para pegawai yang dinilai berintegritas.
"Kalau dari proses memang kental dugaan ini. Tidak semua peserta TWK mengalami profiling, artinya diskriminatif," kata Asfinawati di Jakarta, Jumat (25/6).
Asfinawati mengatakan, tindakan diskriminatif itu diduga dilakukan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap 75 pegawai tidak memenuhi syarat (TMS). Hal itu, sambung dia, mengingat pelaksanaan TWK dilakukan berlandaskan peraturan komisi (Perkom) yang memang disusun oleh pimpinan KPK.
Dia menilai, penyingkiran pengawai berintegritas di lembaga antirasuah itu juga terlihat jelas dari bagaimana tes dimaksud melakukan profiling para pegawai KPK. Dia melanjutkan, YLBHI akan menggunakan semua jalur hukum guna membela hak-hal pegawai TMS tersebut.
Sebelumnya, Novel Baswedan menduga kalau pelaksanaan TWK merupakan operasi intelijen untuk menyingkirkan para pegawai yang dinilai berintegritas. Dia mengatakan, seperti ada pemetaan jabatan yang dilakukan pihak tertentu.
Novel pun masih mempertanyakan siapa pihak-pihak yang mengorder agar para pegawai yang bekerja secara profesional dipecat dari KPK. Menurutnya, alih status pegawai KPK seharusnya hanya beralih statusnya menjadi aparatur sipil negara (ASN) bukan untuk baru mendaftar, apalagi untuk naik jabatan.
Novel pun mempertanyakan, pihak-pihak yang justru melakukan profiling terhadap para pegawai KPK secara mendalam. Terlebih kediaman pegawai KPK juga turut didatangi. Ia mengkhawatirkan adanya kongkalikong dari pelaksanaan TWK pegawai KPK.
"Saya sering mengikuti suatu proses seleksi yang di sana ada assessment dan tidak ada namanya assessment atau atau tes apapun itu ada profile," kata Novel.
Seperti diketahui, TWK yang diikuti 1.351 pegawai KPK itu sukses menyingkirkan 75 pegawai berintegritas semisal penyidik senior, Novel Baswedan, Ketua Wadah Pegawai KPK yang juga penyidik Yudi Purnomo, Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti-Korupsi KPK Giri Suprapdiono dan Kasatgas KPK Harun Al-Rasyid. Mereka dinyatakan TMS berdasarkan tes tersebut.