REPUBLIKA.CO.ID, – Para nabi yang ditunjuk Allah SWT sejatinya berkumpul dalam satu agama, yaitu Islam. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أنا أَولى الناس بعيسى ابن مريم في الدنيا والآخرة، والأنبياء إخوة لعلات؛ أمهاتهم شتى ودينهم واحد
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR Bukhari no 3443 dan Muslim no 2365)
Dalam artikelnya yang ditulis di alukah, Syekh Taha Muhammad Al Saket menjelaskan, yang menarik perhatian hadits ini adalah bahwa hadits ini merupakan sumber dari sumber-sumber sunnah, dalam sejarah agama-agama, asal-usul hukum, dan risalah para nabi.
Menurut dia, para nabi tersebut berseru bahwa hanya agama Allah lah yang benar. Singkatnya, dikatakan bahwa Nabi Muhammad Saw dan Isa bin Maryam paling dekat. Karena itu, dalam Alquran ditegaskan bahwa setelah Isa akan datang seorang rasul yang bernama Ahmad atau Muhammad. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS As Saff 6)
Syekh Taha Muhammad juga menjelaskan bahwa semua rasul memiliki prinsip, yaitu agama yang tegak dan lurus, serta diridhai Allah.
Menurut dia, pergantian para nabi pada agama yang benar ini berasal dari keesaan dan keagungan Allah. Mereka pun diberikan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan zamannya.
Kendati demikian, menurut Syekh Taha, pada nabi Allah tersebut dipersatukan di bawah satu agama, yaitu Islam. Setidaknya, kata dia, para nabi tersebut selalu konsisten menyampaikan tiga hal. Pertama, yaitu hal yang berkaitan dengan akidah dan amalan-amalan hati atau yang dikenal sebagai tauhid. Allah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS Al Anbiya 25)
Kedua, para nabi dan utusan Allah juga selalu menyampaikan yang terkait dengan tindakan anggota badan, seperti sholat, zakat, amar makruf nahi mungkar, berbakti kepada orang tua, serta bertakwa kepada Allah.
Sedangkan yang ketiga, para nabi juga menyampaikan apa yang berhubungan dengan jiwa dan penyuciannya, seperti menolong orang yang kesusahan, menahan marabahaya karena Allah, bergegas menuju kebaikan mencari keridhaan-Nya, dan hal-hal lain yang dianggap sebagai amal saleh dan sifat-sifat mulia. Allah berfirman:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS Al Maidah 48).
Sumber: alukah