Sabtu 26 Jun 2021 13:05 WIB

Taliban: Kalau AS Tetap Bertahan, Kami Punya Hak Bereaksi

AS disebut akan menyisakan 640 personel di Afghanistan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan taliban di Afghanistan
Foto: VOA
Pasukan taliban di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID,  KABUL -- Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan kelompok bersenjata tersebut memiliki hak untuk bereaksi jika Amerika Serikat masih mempertahankan pasukan di Afghanistan. Tindakan akan dilakukan jika tentara masih berada di negaranya setelah 11 September atau ketika penarikan tentara selesai.

Seperti dilansir dari Aljazirah, Jumat (25/6), para pejabat AS mengatakan kepada kantor berita the Associated Press pada Kamis bahwa sekitar 650 tentara AS diperkirakan akan tetap berada di Afghanistan untuk memberikan keamanan bagi para diplomat setelah Washington menarik pasukannya. Meskipun Amerika menyebut tetap akan mengakhiri kehadiran militernya selama 20 tahun di negara itu.

Baca Juga

Bereaksi terhadap laporan tersebut, Shaheen mengatakan bahwa jika AS melakukannya, itu akan melanggar perjanjian antara Washington dan Taliban. Perjanjian damai yang terjadi di ibu kota Qatar pada Februari 2020.

 “Kami telah menandatangani perjanjian Doha dan itu dinegosiasikan dengan pihak Amerika selama 18 bulan.  Mereka telah sepakat dan berkomitmen bahwa mereka akan menarik semua pasukan militer, penasihat, dan kontraktor mereka dari Afghanistan,” kata Shaheen.

 "Saya pikir itu jelas melanggar kesepakatan kika mereka tinggal di sini, maka saya pikir itu semacam kelanjutan dari pendudukan.  Mereka telah melanggar dan kami sepenuhnya memiliki hak untuk bereaksi," kata Shaheen menambahkan.

Presiden AS Joe Biden pada pertengahan April mengumumkan rencana untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan pada 11 September. Kesepakatan yang dimulai sejak pemerintahan pendahulunya, Donald Trump.

Penarikan terakhir tentara yang diperintahkan oleh Biden dimulai pada 1 Mei ketika jumlah tentara AS antara 2.500 dan 3.500, dan dapat diselesaikan segera pada 4 Juli. Semua pasukan internasional, termasuk 7.000 tentara NATO, akan berangkat pada 11 September.

Shaheen mengatakan kepada Aljazirah bahwa Taliban telah berkomitmen untuk memberikan jalan yang aman bagi pasukan AS saat mereka mundur dari Afghanistan dan bahwa kelompok bersenjata tidak akan menyerang mereka. "Kami tetap setia pada itu. Kami belum menyerang mereka selama penarikan mereka.  Bahkan [ketika] mereka melanggar penarikan penuh 1 Mei dari Afghanistan – tetap saja, kami belum menyerang mereka sementara kami sepenuhnya mampu melakukan itu,"ungkapnya.

Banyak pihak khawatir pemerintahan Afghanistan akan jatuh digulingkan Taliban. Taliban telah menguasai puluhan distrik. Mereka juga terus meningkatkan serangannya terhadap posisi pemerintah.

Berbicara di Paris pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakui bahwa serangan terhadap pasukan Afghanistan meningkat dan bahwa Washington sedang menilai apakah rencana perdamaian itu realistis. “Kami melihat dengan sangat hati-hati pada situasi di lapangan di Afghanistan dan kami juga melihat dengan sangat keras apakah Taliban sama sekali serius tentang resolusi damai untuk konflik tersebut,” kata Blinken.

Konflik yang terjadi di Afghanistan telah membuat lebih dari 8.000 keluarga mengungsi di setidaknya lima provinsi karena pertempuran yang meningkat antara pasukan keamanan negara itu dan Taliban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement