REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Pemerintah Vietnam setuju untuk memberi prioritas kepada warga China yang berada di negara itu dalam melakukan vaksinasi pencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Langkah tersebut diputuskan setelah China menyumbangkan hingga 500.000 dosis vaksin Covid-19 dari Sinopharm, yang dijadwalkan akan tiba pada Ahad (27/6).
Kementerian Kesehatan Vietnam pada Rabu (23/6) mengatakan dosis akan dikirim ke sembilan provinsi di utara nagi warga yang tinggal di komunitas China, termasuk orang yang terlibat dałam pertukaran perdagangan dan layanan dengan China, serta warga China yang tinggal dan bekerja di negara itu.
Meski demikian, Kedutaan Besar China di Hanoi mengatakan Vietnam telah melanggar janji untuk memberi prioritas kepada warga China. Pihaknya menekankan bahwa mereka harus divaksinasi terlebih dahulu sebelum komunitas lainnya.
Menurut perjanjian antara kedua negara, Pemerintah Vietnam akan memberi vaksin yang datang dari China terlebih dahulu kepada warga Negeri Tirai Bambu di Vietnam, warga Vietnam yang berencana bekerja di China, dan warga Vietnam yang tinggal di dekat perbatasan China. Pihak berwenang Vietnam tidak berhubungan dengan China sesuai dengan konsensus di atas sebelum mengumumkan rencana distribusi.
Kedutaan China mengatakan telah menyatakan keprihatinannya dan bahwa pihak berwenang Vietnam telah setuju untuk menarik rencana tersebut. Meski demikian, Vietnam belum membuat pengumuman baru tentang distribusi vaksin Covid-19.
Kedutaan China juga mengatakan akan terus mendorong program "Spring Sprout" China di Vietnam. Program tersebut merupakan kampanye global untuk menginokulasi warga negara China yang tinggal dan bekerja di luar negeri, yang mencakup 120 negara.
Hubungan antara China dan Vietnam telah mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir karena sengketa teritorial di Laut China Selatan. Di antara negara Asia Tenggara lainnya, Vietnam adalah salah satu negara yang paling akhir menyetujui vaksin Covid-19 dari China.
Negara itu hanya menyetujui vaksin Sinopharm pada 4 Juni karena sedang memerangi peningkatan jumlah kasus infeksi yang memuncak pada pertengahan Juni, ketika negara itu melaporkan lebih dari 400 kasus baru dalam sehari.
Vietnam sebelumnya telah menyetujui penggunaan vaksin dari AstraZeneca dan Sputnik Rusia. Sejauh ini, tingkat vaksinasi di negara itu rendah. Hanya 1,4 persen dari 96 juta penduduknya yang menerima suntikan dan negara itu mencoba untuk mendapatkan lebih banyak dosis vaksin.
Pada Jumat (25/6), Pemerintah Jepang mengatakan akan menyumbangkan tambahan satu juta dosis vaksin AstraZeneca, di atas satu juta yang telah dikirim. Pemerintah Vietnam mengatakan telah mengamankan 120 juta dosis untuk tahun ini, termasuk pengiriman vaksin Moderna, Sputnik V, AstraZeneca, dan Pfizer dari Fasilitas Covax global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).