REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Sabtu (26/6) meluncurkan proyek kanal senilai 15 miliar dolar AS. Kanal tersebut dibangun untuk mengurangi tekanan di Selat Bosphorus yang sibuk.
"Kami memandang Kanal Istanbul sebagai proyek untuk menyelamatkan masa depan Istanbul. Kami membuka halaman baru dalam sejarah perkembangan Turki," ujar Erdogan.
Dalam upacara peresmian pembangunan Kanal Istanbul, pekerja konstruksi menuangkan semen ke fondasi jembatan sepanjang 1,6 km saat kerumunan orang mengibarkan bendera Turki. Erdogan mengatakan, pembangunan kanal itu membutuhkan waktu enam tahun.
Pemerintah mengatakan, lalu lintas di Selat Bosphorus yang padat dapat membahayakan kapal tanker untuk berlayar antara Laut Hitam dan Laut Marmara. Selat Bosphorus membagi Istanbul menjadi dua bagian yaitu Eropa dan Asia.
Sejauh ini, ada 43 ribu kapal melewati Selat Bosphorus setiap tahun. Jumlah tersebut telah melampaui kapasitas yaitu 25 ribu. Kelebihan kapasitas tersebut telah menyebabkan waktu tunggu yang lebih lama. Pada 2050, jumlah kapal yang melintas selat tersebut diperkirakan meningkat menjadi 78 ribu.
Sebuah survei menunjukkan sebagian besar warga menentang proyek tersebut, seperti halnya Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu dan partai oposisi CHP. Kritikus mengatakan, pembangunan kanal itu akan menghancurkan ekosistem laut dan membahayakan beberapa pasokan air tawar kota.
Seorang bankir senior mengatakan kepada Reuters pada bulan April bahwa, beberapa bank terbesar Turki enggan membiayai pembangunan kanal itu karena masalah lingkungan dan risiko investasi. Rusia juga khawatir bahwa kanal itu mungkin tidak tercakup oleh Konvensi Montreux 1936, yang membatasi perjalanan kapal perang non-Negara Laut Hitam melalui Bosphorus.