Senin 28 Jun 2021 04:21 WIB

Covid-19 Ubah Cara Masyarakat Dunia Secara Permanen

Covid-19 memaksa masyarakat beradaptasi dengan gaya hidup baru.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Covid-19 (ilustrasi)
Foto: PixaHive
Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sejak pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) melanda dunia, kehidupan masyarakat di berbagai negara berubah. Masing-masing individu harus beradaptasi dengan gaya hidup baru untuk mencegah dampak dari wabah penyakit berbahaya ini. 

Cara berbelanja kebutuhan sehari-hari menjadi salah satu dari sekian banyak perubahan yang dialami oleh setiap orang. Tak sedikit yang memilih untuk membeli keperluan secara daring karena dianggap sebagai opsi paling aman, di mana Anda tidak perlu keluar dari rumah. 

Baca Juga

James Scharger, seorang profesor klinis di University of Chicago Booth School of Business, mengatakan sebenarnya tidak banyak kegiatan bisnis selama pandemi COVID-19 yang mungkin dapat berlangsung secara permanen. Ia menyebut sebagian besar pelaku bisnis menyadari bahwa itu menguntungkan. 

“Pengiriman bahan makanan ataupun makanan tidak tumbuh, menyusut,” ujar Schrager.

Selain berbelanja, berbagai bisnis lainnya yang saat ini banyak dilakukan secara daring, memungkinkan orang-orang dari jarak jauh melakukan kegiatan ternyata tidak dianggap selalu menyenangkan. Termasuk dalam hal konsultasi medis, di mana saat ini banyak rumah sakit menyediakan jasa telemedicine atau konsultasi daring. 

“Orang-orang senang untuk kembali menemui dokter mereka untuk pemeriksaan rutin. Mereka ingin kondisi normal seperti sebelum pandemi,” jelas Schrager. 

Namun, pandemi COVID-19 yang mungkin membutuhkan waktu lama untuk berakhir membuat berbagai kebiasaan baru yang diterapkan selama periode ini harus terus dilakukan, hingga hampir setiap orang pada akhirnya terbiasa. Sebuah studi yang dilakukan oleh BDO Digital menunjukkan bahwa wabah memaksa banyak bisnis beralih ke digital.

Sebanyak 90 persen organisasi pasar menengah berencana mempertahankan atau meningkatkan pengeluaran digital sepanjang tahun ini. Sementara, ada 53 persen yang hendak melatih tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kemampuan digitalnya. 

Schrager mengatakan salah satu kebiasaan baru selama pandemi COVID-19 yang mungkin bertahan lama adalah pertemuan virtual melalui aplikasi Zoom. Ia menyebut bahwa dari penggunaan teknologi ini, tak sedikit pelaku bisnis yang merasa diuntungkan. 

“Pekan lalu saya mengadakan pertemuan dengan seorang rekan yang luar biasa di Italia melalui Zoom yang tidak bisa dibandingkan, karena ini gratis untuk kami," jelas Schrager. 

Lebih banyak perusahaan mungkin beralih ke digital, tetapi itu tidak berarti rata-rata orang akan mengikuti jejak bisnis ini. Dalam empat bulan pertama 2021, penjualan daring menyumbang 13,6 persen dari total penjualan di Amerika. 

Jumlah tersebut telah meningkat sekitar satu persen per tahun selama dekade terakhir. Selama pandemi, jumlah itu meningkat lebih dari dua persen, tetapi sudah turun ke tingkat pra-pandemi. 

Schrager yakin bahwa layanan pengiriman makanan akan terus berlanjut seperti sebelum pandemi, karena membawa barang ke pelanggan selalu lebih mahal dibandingkan meminta pelanggan datang kepada Anda. 

“Begitu restoran terisi kembali, kehilangan keuntungan karena aplikasi pengiriman menjadi kurang menarik. Pada akhirnya, katanya, pandemi tidak akan berdampak besar pada cara kita berbelanja, makan di luar, atau secara umum menjalani hidup,” kata Schrager.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement