REPUBLIKA.CO.ID, BRITISH COLUMBIA -- Dua gereja Katolik di Kanada yang berdiri di tanah masyarakat pribumi hangus terbakar. Kebakaran di gereja St Ann dan Chopaka di British Columbia terjadi hanya selang satu jam.
Petugas mengatakan dua gereja itu hangus terbakar dan mereka 'curiga' pada penyebab kebakaran. Pada Hari Masyarakat Ada Senin (21/6) lalu dua gereja Katolik di provinsi yang sama juga hangus terbakar.
"Penyelidikan terhadap kebakaran sebelum dan dua kebakaran baru masih berlangsung tanpa ada dakwaan atau penahanan," kata Sersan Polisi Kanada (RCMP) Jason Bayda seperti dikutip BBC, Ahad (27/6).
Kebakaran empat gereja ini terjadi setelah ditemukannya ratusan makam tanpa di nisan di bekas sekolah asrama di Kanada. Pada abad ke-19 dan 20 pemerintah Kanada mendirikan sekolah untuk anak masyarakat pribumi.
Sekolah yang dikelola kelompok-kelompok keagamaan bertujuan untuk mengasimilasi pemuda-pemudi pribumi. Kelompok masyarakat pribumi menutut pencarian makam-makam serupa di seluruh negeri.
Lower Similkameen Indian Band Chief Keith Crow mengatakan pada Ahad pagi ini menerima panggilan telepon yang memberitahunya Gereja Chopaka kebakaran. Gereja itu sudah rata dengan tanah saat ia tiba setengah jam kemudian.
"Saya marah, saya tidak melihat ada sesuatu yang positif dari ini dan ini akan berjalan sulit," katanya.
Ia mengatakan banyak masyarakat yang juga jemaat Katolik dan sangat marah dengan ini. Pada bulan Mei lalu Tk'emlups te Secwepemc First Nation mengumumkan makam massal pertama di bekas sekolah di British Columbia.
Mereka menemukan sisa jenazah 215 anak-anak di Kamloops Indian Residential School. Sekolah yang dikelola lembaga Katolik itu dibuka pada 1890 dan ditutup 1978.
Kamis (24/6) lalu Cowessess First Nation mengatakan mereka menemukan 751 makam tanpa nisan di bekas sekolah anak pribumi The Marieval Indian Residential School di Saskatchewan. Sekolah itu juga dikelola lembaga Katolik.
Antara 1863 hingga 1998 lebih dari 150 ribu anak-anak pribumi diambil dari keluarga mereka dan ditempatkan di sekolah-sekolah itu di seluruh Kanada. Komisi yang diluncurkan pada tahun 2008 untuk menentukan dampak sistem tersebut menemukan banyak anak pribumi yang tidak pernah pulang ke keluarga mereka.
Dalam laporannya komisi itu menyebutkan sistem tersebut adalah praktek genosida budaya. Pemerintah Kanada sudah menyampaikan permintaan maaf resmi atas sistem tersebut.