REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) berhasil mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Ropa di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Adapun bahan bakar yang digunakan yakni hasil olahan sampah biomassa (pelet).
Strategi tersebut merupakan implementasi dari program co-firing PLN untuk mendukung bauran energi baru terbarukan. Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, program co-firing merupakan bagian dari transformasi PLN untuk mendukung program peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen hingga 2025.
Tak hanya di Ende, program co-firing juga dilakukan PLN di 54 lokasi PLTU di Indonesia hingga 2024. "Kami berharap program ini dapat menjadi solusi penanganan sampah sekaligus membangun ekonomi kerakyatan di daerah," kata Wiluyo, baru-baru ini.
PLN memulai program co-firing di Ende pada tahun lalu. Melalui program tersebut, PLN melatih warga setempat untuk mengolah sampah biomassa menjadi pelet.
Mereka membangun tempat pengolahan sampah. Sampah yang dijadikan pelet ini berasal dari sampah sisa masakan, dedaunan, sampah rumput dan organik lainnya.
Bupati Ende Djafar Achmad mengatakan,
program pemanfaatan sampah jadi pelet merupakan upaya terobosan pemerintah kabupaten, PLN, bersama dengan sejumlah pihak untuk mengatasi permasalahan sampah di Ende.
"Program ini sangat luar biasa karena bisa mengangkat ekonomi rakyat. Selain untuk co-firing, pelet juga bisa untuk mengganti minyak tanah," kata Djafar.