Senin 28 Jun 2021 06:08 WIB

Ratusan Anak-anak di Kota Bogor Menjadi Pasien Covid-19

Anak-anak banyak yang terpapar Covid-19 lantaran tertular dari orang tuanya.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah anak bermain tanpa mengenakan masker. Kemenkes meminta orang tua untuk ikut melakukan pengawasan kepada anak untuk meningkatkan protokol kesehatan karena berdasarkan data sebanyak 12,6 persen dari total kasus positif COVID-19 nasional merupakan anak-anak. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Wahyu Putro A
Sejumlah anak bermain tanpa mengenakan masker. Kemenkes meminta orang tua untuk ikut melakukan pengawasan kepada anak untuk meningkatkan protokol kesehatan karena berdasarkan data sebanyak 12,6 persen dari total kasus positif COVID-19 nasional merupakan anak-anak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebanyak 437 anak rentan usia nol hingga 19 tahun di Kota Bogor dilaporkan terpapar Covid-19. Para anak terpapar lantaran tertular dari orang tuanya. 

Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kota Bogor, kategori usia anak 0-19 tahun yang dilaporkan positif Covid-19 sebanyak 437 anak. Dengan rincian 84 anak usia di bawah 6 tahun, dan 353 anak usia 6 hingga 19 tahun.

Baca Juga

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto memperkirakan terpaparnya anak-anak disebabkan oleh tiga hal. Pertama, karena musim liburan sehingga anak-anak kerap berinteraksi dan beraktivitas di luar rumah.

“Kedua, karena varian baru yang lebih cepat menularkan kepada anak-anak. Dan ketiga, karena di lingkungan keluarga. Jadi orang tua yang bekerja di luar kota kemungkinan menularkan kepada anak-anaknya,” kata Bima Arya, Ahad (27/6).

Dia menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya, klaster penyumbang kasus Covid-19 di Kota Bogor terbanyak yakni klaster keluarga. Kemudian disusul oleh klaster luar kota.

Ketika klaster keluarga dibedah, terdapat fakta penularan di keluarga melalui aktivitas dari luar kota. Namun, Bima Arya mengatakan, dia tidak bisa melarang orang Bogor untuk beraktivitas ke Jakarta dan luar daerah lainnya.

“Tetapi saya kira memungkinkan bagi saya sebagai Wali Kota untuk mengusulkan bagi pemerintah pusat agar Jabodetabek //work from home (WFH) atau bekerja dari rumah,” tuturnya.

Terpisah, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengatakan, meningkatnya kasus positif Covid-19 pada anak-anak menyebabkan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Bogor dihentikan. Padahal, uji coba PTM baru dilaksanakan sepanjang dua pekan sejak akhir Mei, di beberapa sekolah tingkat SD dan SMP se-Kota Bogor.

"Angka kasus positif anak memang naik, hal itu juga disumbang dari klaster pendidik seperti di ponpes. Naiknya terkonfirmasi anak juga menjadi salah satu sebab dihentikannya uji coba PTM di Kota Bogor," ujar Dedie.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno menjelaskan, faktor lain dari terpaparnya anak-anak disebabkan oleh beraktivitas diluar rumah, tanpa membersihkan diri ketika pulang ke rumah. Hingga akhirnya transmisi Covid-19 langsung cepat menyebar di dalam rumah.

Kemungkinan anak tersebut  bisa terjangkit Covid-19 juga karena aktivitas di rumah itu bersama keluarganya. “Kami imbau masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan baik di dalam atau di luar rumah. Sebab, transmisi Covid-19 tidak akan memandang usia,” ucapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement