Senin 28 Jun 2021 07:27 WIB

Video Kesaksian Keluarga Warga Xinjiang Dihapus Youtube

Youtube dilaporkan batasi konten mengandung unsur perundungan siber

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Youtube dilaporkan batasi konten mengandung unsur perundungan siber. Youtube.Ilustrasi
Foto: .
Youtube dilaporkan batasi konten mengandung unsur perundungan siber. Youtube.Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG – Kelompok yang merilis video kesaksian keluarga warga Xinjiang yang hilang memindahkan unggahan di Youtube ke layanan berbagi video Odysee. Keputusan ini diambil setelah perusahan milik Google ini diketahui menghapus video-video tersebut.

Saluran Hak Asasi Manusia Atajurt Kazakh telah menerbitkan hampir 11 ribu video di Youtube dengan total lebih dari 120 juta tampilan sejak 2017. Ribuan di antaranya menampilkan orang-orang yang berbicara di depan kamera tentang kerabat yang telah menghilang tanpa jejak di wilayah Xinjiang China.

Baca Juga

Pada 15 Juni, saluran tersebut diblokir karena melanggar pedoman Youtube. Penutupan ini setelah dua belas videonya dilaporkan karena melanggar kebijakan perundungan dunia maya dan pelecehan.

Pengelola saluran tersebut telah mengajukan banding atas pemblokiran  dua belas video antara April dan Juni, dengan beberapa diaktifkan kembali. Namun, Youtube tidak memberikan penjelasan mengapa yang lain dijauhkan dari pandangan publik.

Youtube memulihkan video pada 18 Juni dan menjelaskan bahwa mereka telah menerima beberapa laporan yang disebut teguran untuk video yang berisi orang-orang yang memegang kartu identitas untuk membuktikan bahwa mereka terkait dengan video yang hilang. Tontonan ini dinilai melanggar kebijakan Youtube yang melarang informasi pengenal pribadi muncul di kontennya.

Perusahaan berbagi video ini meminta Atajurt untuk memburamkan identitas orang-orang tersebut. Namun, kelompok ini ragu-ragu untuk mematuhinya karena khawatir bahwa hal itu akan membahayakan kredibilitas video tersebut.

Selain itu, pemburaman identitas dikhawatirkan akan menimbulkan pemblokiran lebih lanjut oleh Youtube. Atas kondisi ini, pengelola saluran itu pun memutuskan untuk mencadangkan konten ke Odysee, situs web yang dibangun di atas protokol blockchain yang disebut LBRY. Situs web ini dirancang untuk memberi lebih banyak kendali kepada pembuat konten dan kini sekitar 975 video telah dipindahkan sejauh ini.

Bahkan saat pengelola saluran memindahkan konten, mereka menerima serangkaian pesan otomatis lainnya dari Youtube yang menyatakan bahwa video yang dipermasalahkan telah dihapus dari tampilan publik. Kali ini karena kekhawatiran bahwa video tersebut dapat mempromosikan organisasi kriminal yang kejam.

"Ada alasan lain setiap hari. Saya tidak pernah mempercayai Youtube. Namun, kami tidak takut lagi, karena kami membackup diri dengan LBRY. Yang terpenting adalah keamanan material kami," ujar salah satu pendiri Atajurt, dan pengelolala saluran Youtube, Serikzhan Bilash

Bilash mengatakan bahwa peralatannya termasuk hard disk dan ponsel telah disita beberapa kali di Kazakhstan. Kondisi ini menjadikan YouTube satu-satunya tempat seluruh koleksi video disimpan.

Youtube dalam beberapa tahun terakhir telah membatasi lebih banyak konten di tengah meningkatnya pengawasan terhadap cyberbullying, informasi yang salah, dan ujaran kebencian.

Kebijakan tersebut telah menjerat banyak saluran, termasuk para komentator sayap kanan. Kondisi ini memaksa mereka untuk mencari perlindungan di layanan media sosial seperti Parler yang menggembar-gemborkan lebih banyak keterbukaan.

Tapi perwakilan Atajurt khawatir kelompok pro-China yang menyangkal bahwa pelanggaran hak asasi manusia ada di Xinjiang menggunakan fitur pelaporan Youtube untuk menghapus konten mereka. Mereka bisa menggunakan pelaporan secara massal, yang memicu pemblokiran otomatis.

Meski begitu, Atajurt berencana untuk terus mengunggah ke Youtube karena memiliki jangkauan penonton yang luas. "Kami tidak akan pernah menghapusnya. Pada hari Youtube menonaktifkan saluran kami, saya merasa kehilangan segalanya di dunia saluran baru tidak memiliki begitu banyak pelanggan," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement