REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU - Kepolisian menemukan banyak kesulitan dalam mengusut kasus kematian gajah betina yang ditemukan membusuk di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Teramang, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu beberapa waktu lalu. Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Bengkulu Kombes Pol Sudarno menyatakan polisi kesulitan menemukan bukti petunjuk yang mengarah ke pelaku kejahatan.
Menurutnya sulitnya ditemukan bukti mengingat lokasi penemuan bangkai gajah itu berada di dalam kawasan hutan dan tidak ada saksi. "Memang di hutan itu agak kesulitan kami mengumpulkan bukti-bukti. Akibatnya kami juga kesulitan menemukan siapa pelakunya. Kalau memang ada saksi pasti kami lakukan penegakan hukum," kata Sudarno di Bengkulu, Senin (28/6).
Proses penyelidikan sudah dimulai oleh Polres Mukomuko sejak bangkai gajah betina berusia 35 tahun itu ditemukan di sekitar lokasi konsesi PT Bentara Arga Timber (BAT), Kabupaten Mukomuko pada 25 Mei lalu. Namun, kata Sudarno, hingga kini belum ada perkembangan yang signifikan terhadap penyelidikan kasus kematian satwa langka dan dilindungi tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu-Lampung Said Jauhari mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kematian gajah sumatera tersebut. Ia menyampaikan Laboratorium Biologi Universitas Bengkulu (Unib) hingga kini belum selesai melakukan pemeriksaan spesimen sehingga belum diketahui penyebab kematian gajah tersebut apakah murni kematian biasa atau karena hal lain.
"Kalau berapa lama lagi hasilnya keluar saya tidak bisa menjawab karena itu menjadi kewenangan pihak laboratorium. Sekarang spesimennya masih diperiksa. Jadi kami belum bisa simpulkan penyebab kematiannya apa benar karena racun atau mati biasa," ujar Said.
Menurutnya, kepolisian saat ini juga masih melakukan penyelidikan untuk mengusut penyebab kematian gajah betina tersebut. Sebab, ada indikasi gajah tersebut mati dibunuh karena tidak jauh dari lokasi penemuan bangkai ditemukan sabun batangan yang di dalamnya diduga diisi racun.
"Karena tidak jauh dari TKP itu ada racun sabun yang ditemukan, tetapi kami belum bisa menyimpulkannya, karena belum ada hasil pemeriksaan dari laboratorium," jelas Said.